Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Pasar saham Australia mengalami penurunan tajam pada Senin, mencatat sesi terburuk sejak awal pandemi. Indeks S&P/ASX 200 ditutup melemah 4,2% di level 7.343,30 poin setelah sempat anjlok hingga 6,5% pada awal perdagangan.
Penurunan ini terjadi akibat kekhawatiran resesi yang dipicu oleh kebijakan tarif luas Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Dampaknya, miliaran dolar nilai pasar saham menguap.
Sektor pertambangan, yang bergantung pada permintaan komoditas dari China, merosot ke level terendah dalam hampir tiga tahun. Saham BHP, Rio Tinto, dan Fortescue turun antara 3% hingga 6%.
Baca Juga: Bursa Saham Inggris Anjlok setelah Trump Isyaratkan Eskalasi Tarif
Sektor perbankan juga mengalami tekanan signifikan. Bank-bank besar Australia mencapai level terendah dalam delapan bulan, dengan empat bank utama kehilangan lebih dari US$ 18 miliar dalam nilai pasar.
Saham Commonwealth Bank of Australia anjlok 6%, mencatat penurunan harian terbesar dalam lebih dari tiga tahun.
Secara keseluruhan, sekitar US$ 69 miliar nilai pasar menghilang dalam sehari, menurut perhitungan Reuters berdasarkan data LSEG. Indeks acuan telah turun hampir 15% sejak mencapai rekor tertinggi pada pertengahan Februari.
Pasar global juga mengalami penurunan seiring dengan ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. Gedung Putih tidak menunjukkan tanda-tanda akan menarik rencana tarif yang diumumkan pekan lalu, yang memicu aksi jual di berbagai sektor.
Baca Juga: Bursa Saham China Anjlok Terseret Perang Dagang, Indeks Hongkong Ambles 10%
Menteri Keuangan Australia, Jim Chalmers, menyatakan bahwa pemerintah akan mengelola dampak langsung dari kebijakan tarif AS. Namun, ia mengakui bahwa perlambatan ekonomi AS dan China dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Australia.
"Kondisi pasar masih sangat tidak pasti karena investor menyesuaikan diri dengan dampak ekonomi dari kebijakan tarif," ujar Kerry Craig, Ahli Strategi Pasar Global di J.P. Morgan Asset Management.
Saham sektor energi turun 7%, mencapai level terendah sejak November 2020. Perusahaan energi utama seperti Woodside Energy dan Santos masing-masing mengalami penurunan sekitar 6% dan 10%.
Sektor teknologi juga melemah 2,3%, sementara saham konsumen diskresioner turun 4,8%. Saham sektor kesehatan turut merosot lebih dari 4%.
Baca Juga: Saham Perbankan AS Rontok Pasca Kebijakan Tarif Trump
Sementara itu, indeks acuan Selandia Baru turut tertekan, jatuh 3,7% ke level 11.775,88 poin, yang merupakan posisi terendah sejak Juli tahun lalu.