Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan induk TikTok, ByteDance dikabarkan telah setuju untuk mendivestasikan operasi perusahaan di Amerika Serikat sepenuhnya dalam upaya untuk menyelamatkan kesepakatan dengan Gedung Putih. Hal ini dilakukan setelah Presiden Donald Trump mengatakan, telah melarang aplikasi video pendek ini di Negeri Paman Sama.
Hal tersebut diungkapkan dua sumber Reuters yang akrab dengan masalah tersebut, Sabtu (1/8). Salah satu pejabat AS mengungkapkan, TikTok, yang berada di bawah induknya yang ada di China, menimbulkan risiko nasional karena penggunaan data pribadi yang ilegal.
Sementara itu, ByteDance akan melihat terlebih dahulu apakah ancaman Trump untuk melarang TikTok adalah taktik negosiasi, atau memang sebuah keputusan untuk menindak aplikasi media sosial yang memiliki hingga 80 juta pengguna aktif harian di AS.
Baca Juga: Microsoft dalam pembicaraan untuk membeli TikTok
Seperti diketahui, sebelumnya Trump mengatakan kepada wartawan di atas Air Force One pada Jumat (31/7) malam bahwa ia akan mengeluarkan perintah pelarangan TikTok di AS pada hari Sabtu.
"Bukan kesepakatan yang telah Anda dengar, bahwa mereka akan membeli dan menjual data. Kami bukan negara M&A (merger dan akuisisi)," lanjut Trump.
ByteDance, sebelumnya berusaha mempertahankan kepemilikan minoritas di bisnis TikTok yang berada di AS, yang kemudian ditolak oleh Gedung Putih. Di bawah kesepakatan yang diusulkan baru, ByteDance akan keluar sepenuhnya dan Microsoft Corp akan mengambil alih TikTok di Negeri Paman Sam, kata sumber itu.
Beberapa investor ByteDance yang berbasis di AS mungkin diberi kesempatan untuk mengambil saham minoritas dalam bisnis ini, sumber tersebut menambahkan. Sekitar 70% dari investor asing ByteDance berasal dari AS.
"Pemerintah memiliki masalah keamanan nasional yang sangat serius terhadap TikTok. Kami terus mengevaluasi kebijakan masa depan," Gedung Putih mengatakan dalam sebuah pernyataan, menolak berkomentar apakah Trump akan menerima konsesi ByteDance. ByteDance di Beijing tidak menanggapi permintaan komentar.
"Kami di sini untuk jangka panjang. Terus membagikan suara Anda di sini dan mari kita berdiri untuk TikTok," kata manajer umum TikTok A. Vanessa Pappas dalam sebuah video yang diterbitkan pada aplikasi pada hari Sabtu.
Di bawah proposal baru ByteDance, Microsoft, yang juga memiliki jaringan media sosial profesional LinkedIn, akan bertugas melindungi semua data pengguna AS TikTok, kata sumber itu. Rencana tersebut memungkinkan perusahaan AS selain Microsoft untuk mengambil alih TikTok di AS, sumber tersebut menambahkan.
"Apa jawaban yang benar? Minta perusahaan AS seperti Microsoft mengambil alih TikTok. Win-Win. Menjaga agar kompetisi tetap hidup dan melindungi data dari tangan Partai Komunis Tiongkok," tulis Senator Republik Lindsey Graham di Twitter pada hari Sabtu.
Baca Juga: Trump berencana terbitkan keputusan eksekutif larang TikTok Sabtu ini
Sebelum panas karena masalah TikTok, hubungan antara AS dan China sudah memburuk karena masalah perdagangan, otonomi Hong Kong, keamanan dunia maya serta penyebaran virus corona baru.
ByteDance telah mempertimbangkan berbagai opsi agar TikTok tetap bertahan di AS setelah aplikasi video pendek ini menjadi sangat populer di kalangan remaja Negeri Paman Sam. Di bawah tekanan pemerintah AS, salah satu cara adalah dengan melepaskan kendali aplikasi ini di AS.
ByteDance telah menerima proposal dari beberapa investornya, termasuk Sequoia dan General Atlantic, untuk mengalihkan kepemilikan mayoritas TikTok kepada mereka, menurut laporan Reuters pada hari Rabu. Proposal untuk TikTok itu bernilai US$ 50 miliar, tetapi beberapa eksekutif ByteDance percaya aplikasi ini bernilai lebih dari itu.
Asal tahu saja, ByteDance mengakuisisi aplikasi video Musical.ly yang berbasis di Shanghai dalam kesepakatan US$ 1 miliar pada 2017 dan meluncurkannya kembali sebagai TikTok pada tahun berikutnya.
ByteDance tidak meminta persetujuan untuk akuisisi dari Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS), yang mengkaji kesepakatan untuk potensi risiko keamanan nasional. Reuters melaporkan, CFIUS telah membuka penyelidikan terhadap TikTok sejak tahun lalu.