Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - CEO BlackRock Larry Fink menyebut Bitcoin sebagai “asset of fear” dalam sesi di DealBook Summit, menandai perubahan besar dari pandangan lamanya yang mengaitkan kripto dengan aktivitas ilegal.
Berbicara bersama CEO Coinbase Brian Armstrong, Fink mengatakan bahwa transformasi sikapnya dari menilai kripto sebagai alat pencucian uang hingga mengelola salah satu ETF Bitcoin spot terbesar di dunia merupakan “pergeseran opini paling mencolok” dalam kariernya.
Baca Juga: Indeks Nikkei Jepang Melonjak: Saham Robotika Pimpin Reli, Investor Cari Tema Baru
“Pemikiran saya selalu berkembang,” ujarnya dilansir dari laman Cointelegraph Kamis (4/12/2025).
Meski BlackRock kini memiliki eksposur miliaran dolar ke BTC melalui iShares Bitcoin Trust (IBIT), Fink masih melihat Bitcoin sebagai aset yang sangat dipengaruhi sentimen geopolitik.
Ia menyinggung bahwa harga BTC turun saat kabar positif terkait kesepakatan dagang AS–China dan potensi akhir perang Ukraina muncul.
“Jika Anda membeli BTC untuk trading, itu sangat volatil. Anda harus sangat ahli market timing dan kebanyakan orang tidak,” kata Fink.
Komentar itu berbanding terbalik dengan pernyataannya pada 2017, ketika ia menyebut Bitcoin sebagai indikator besarnya permintaan pencucian uang global.
Baca Juga: Presiden Taiwan: Xi Harus Fokus Benahi Ekonomi, Bukan Ekspansi Teritorial
ETF Bitcoin BlackRock Tertekan Outflow
IBIT salah satu ETF kripto spot pertama yang disetujui SEC pada Januari 2024 pernah mencapai puncak nilai sekitar $70 miliar.
Namun sepanjang November 2025, produk tersebut mencatat outflow lebih dari $2,3 miliar, termasuk penarikan besar pada 14 dan 18 November.
Meski demikian, BlackRock tetap percaya diri. Cristiano Castro, direktur pengembangan bisnis perusahaan, menyebut ETF sebagai instrumen yang “likuid dan kuat”.
Selain IBIT, ETF spot Bitcoin terbesar lainnya berasal dari Grayscale, Fidelity, Bitwise, ARK 21Shares, Invesco Galaxy, dan VanEck.













