Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - SAN FRANCISCO. CEO Nvidia Jensen Huang menepis kekhawatiran bahwa euforia belanja chip kecerdasan buatan (AI) akan segera mereda.
Ia optimistis peluang bisnis AI masih akan berkembang pesat dan berpotensi menjadi pasar bernilai multi-triliun dolar dalam lima tahun mendatang.
Huang berusaha meyakinkan investor yang sempat cemas dengan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan perusahaan chip terbesar dunia itu.
Baca Juga: Nvidia Tetap Tumbuh, Tapi Ketidakpastian di China Bayangi Prospek
Sebelumnya, Nvidia memproyeksikan pendapatan kuartal ketiga sesuai perkiraan analis, namun tetap di bawah ekspektasi tinggi yang telah mendongkrak harga sahamnya hingga sepertiga sepanjang tahun ini.
“Kita sedang memasuki revolusi industri baru. Perlombaan AI sedang berlangsung,” kata Huang pada Rabu (27/8/2025).
“Kami melihat belanja infrastruktur AI akan mencapai US$3 triliun hingga US$4 triliun pada akhir dekade ini.”
Kinerja saham Nvidia selama ini ditopang oleh ekspektasi permintaan dari raksasa teknologi (Big Tech), pemilik pusat data skala besar (hyperscaler), serta pasar China.
Matt Orton, Head of Advisory Solutions Raymond James Investment Management, menilai prospek Nvidia masih solid.
“Hal ini justru menegaskan bahwa tren AI memiliki daya tahan. Bisnis hyperscaler bisa terus bertumbuh, dan hasil Nvidia tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan,” ujarnya.
Baca Juga: Bursa Asia Berombak Kamis (28/8), Saham Nvidia Turun Pasca Laporan Keuangan
Meski demikian, saham-saham yang terkait AI mulai menunjukkan gejala kelelahan. CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan sempat mengingatkan bahwa investor mungkin terlalu berlebihan dalam menyambut AI. Namun Huang terlihat tak terganggu.
“Semakin banyak Anda membeli, semakin besar pertumbuhan Anda,” ujarnya.
Huang menambahkan, keunggulan teknologi Nvidia memungkinkan pelanggan memproses data lebih besar dengan konsumsi energi lebih rendah.
“Buzz-nya jelas: semua produk habis terjual.”
Sebagai contoh, salah satu pelanggan di luar Tiongkok baru saja membeli chip H20 buatan Nvidia senilai US$650 juta pada kuartal terakhir. Chip tersebut awalnya dirancang sebagai versi terbatas untuk pasar Tiongkok.
Optimisme Huang juga didasari belanja modal pusat data global yang diperkirakan mencapai US$600 miliar tahun ini, dengan Microsoft dan Amazon sebagai kontributor utama.
“Untuk sebuah pusat data bernilai US$60 miliar, Nvidia bisa meraup sekitar US$35 miliar,” ungkapnya.
Baca Juga: CEO Nvidia Jensen Huang Kunjungi TSMC di Tengah Ketegangan AS–China Soal Chip AI
Meski proyeksi penjualan kuartal ketiga hanya sekitar US$54 miliar, sedikit di atas rata-rata perkiraan analis sebesar US$53,14 miliar Nvidia tetap percaya diri.
Bahkan, laba bersih kuartal kedua perusahaan ini telah melampaui keuntungan Apple pada kuartal fiskal yang sama.
Huang menyebut chip generasi terbaru Blackwell telah dipesan habis hingga 2026, sementara prosesor generasi sebelumnya, Hopper, masih diburu pelanggan.
“Ketika ada teknologi baru yang tumbuh sangat cepat, ditambah besarnya belanja modal dari para hyperscaler, itu bukti bahwa kita masih berada di tahap awal dari ledakan AI,” tutur Thomas Martin, Manajer Portofolio Globalt Investments.