Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Saham Nvidia melemah pada Rabu (27/8/202%) setelah prospek bisnisnya di China masih penuh ketidakpastian, terjebak dalam tensi perang dagang antara Washington dan Beijing.
CEO Jensen Huang berharap mendapat izin kembali menjual chip Nvidia ke China setelah mencapai kesepakatan dengan Presiden AS Donald Trump untuk membayar komisi ke pemerintah AS.
Baca Juga: Bursa Asia Berombak Kamis (28/8), Saham Nvidia Turun Pasca Laporan Keuangan
Namun, dengan belum adanya aturan resmi dari AS dan potensi hambatan dari regulator China, Nvidia tidak memasukkan potensi penjualan ke China dalam proyeksi kuartal berjalan.
Hal ini membuat prospek ke depan terlihat "hangat-hangat kuku".
Meski angka proyeksi tetap besar dalam hitungan dolar dan sedikit di atas estimasi analis, hasil tersebut mengecewakan investor yang terbiasa dengan laporan keuangan spektakuler Nvidia.
Saham perusahaan turun 3,2% dalam perdagangan setelah jam bursa, memangkas sekitar US$110 miliar dari kapitalisasi pasar sebesar US$4,4 triliun.
"Bottleneck terbesar Nvidia bukan silikon, tapi diplomasi," kata Michael Ashley Schulman, Chief Investment Officer Running Point Capital.
"Kurva pertumbuhan mereka masih impresif, hanya saja tidak lagi se-eksponensial sebelumnya."
Baca Juga: CEO Nvidia Jensen Huang Kunjungi TSMC di Tengah Ketegangan AS–China Soal Chip AI
Untuk kuartal ketiga, Nvidia memperkirakan pendapatan $54 miliar ±2%, dibandingkan estimasi analis rata-rata $53,14 miliar (data LSEG).
Namun, pendapatan kuartal kedua di segmen pusat data – lini bisnis terpenting Nvidia – sedikit meleset dari ekspektasi, memicu spekulasi bahwa penyedia layanan cloud mulai berhati-hati dalam belanja.
Nvidia menegaskan tidak memasukkan pengiriman chip H20 ke China dalam proyeksi, meski awal bulan ini memperoleh lisensi terbatas untuk menjualnya.
Jika situasi geopolitik membaik, Nvidia berpotensi menambah $2–5 miliar pendapatan tambahan di kuartal ketiga.
CFO Colette Kress menyebut strategi "sovereign AI" menjual chip dan software AI ke berbagai pemerintah diproyeksikan menghasilkan $20 miliar tahun ini.
Ia juga memperkirakan belanja AI global bisa mencapai $600 miliar tahun ini dan melonjak hingga $3–4 triliun menjelang akhir dekade.
Setengah dari total pendapatan pusat data Nvidia sebesar $41 miliar di kuartal terbaru berasal dari raksasa penyedia cloud.
Baca Juga: Nvidia Siapkan Chip AI Baru untuk Pasar China, Lebih Canggih dari H20
Angka ini sedikit di bawah konsensus pasar $41,42 miliar (Visible Alpha). Nvidia juga memperkirakan margin kotor kuartal berjalan di 73,5%, hanya sedikit di atas ekspektasi analis 73,3%.
Menurut Jacob Bourne, analis eMarketer, hasil tersebut menunjukkan tanda-tanda bahwa belanja hyperscaler bisa lebih selektif jika manfaat jangka pendek aplikasi AI masih sulit dihitung.
Saham AMD, pesaing Nvidia yang sedang mengembangkan server AI – juga terkoreksi 1,4% menyusul laporan Nvidia.
Meski demikian, antusiasme investor terhadap saham AI, dengan Nvidia sebagai "pemasok utama alat dan mesin", masih menjadi motor utama reli S&P 500 dua tahun terakhir.
“Ini reaksi terkecil pasar terhadap laporan keuangan Nvidia sejak mereka jadi ikon AI,” ujar Jake Behan, Kepala Pasar Modal di Direxion, New York.
“Bukan hasil luar biasa, tapi juga bukan kegagalan.”
Pada kuartal kedua, Nvidia mencatat pendapatan US$46,74 miliar, melampaui estimasi US$46,06 miliar, meski sebelumnya memperkirakan pembatasan ekspor bisa memangkas US$8 miliar penjualan.
Menariknya, satu pelanggan di luar China dilaporkan membeli chip H20 senilai $650 juta.
Sebagai tambahan, Nvidia juga mengumumkan program pembelian kembali saham senilai US$60 miliar.