Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. CEO Unilever, Hein Schumacher, mengharapkan adanya perjanjian global terkait plastik yang memiliki aturan ketat, ungkapnya dalam wawancara dengan Reuters pada Senin.
Hal ini disampaikan menjelang tenggat waktu penting untuk negosiasi perjanjian plastik pertama di dunia.
Negosiator Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah sepakat untuk mencapai kesepakatan dalam mengendalikan penggunaan plastik sebelum akhir tahun ini, meski perundingan menghadapi hambatan, terutama terkait pembatasan produksi.
"Kami menginginkan perjanjian yang memiliki aturan kuat," ujar Schumacher. "Sejak awal, kami selalu menyatakan bahwa kami lebih memilih aturan yang mengikat karena itu menciptakan kesetaraan bagi pelaku usaha."
Baca Juga: Jalankan Agenda Keberlanjutan Perusahaan, Unilever Indonesia Tekan Pemakaian Plastik
Menurut Schumacher, perjanjian yang lebih kuat akan memungkinkan perusahaan melakukan investasi jangka panjang dalam kemasan dan produk baru yang tidak bergantung pada plastik.
Perusahaan yang berbasis di London ini, produsen Dove dan Sunlight, merupakan anggota Koalisi Bisnis untuk Perjanjian Global Plastik, yang mendesak pengurangan produksi plastik sebagai bagian dari kesepakatan PBB.
Schumacher menambahkan, perjanjian PBB akan menghilangkan banyak kompleksitas bagi perusahaan seperti Unilever yang beroperasi di banyak negara.
"Itu mungkin hal terpenting bagi kami," katanya.
Baca Juga: Dorong Ekspansi Global, BYD Hadapi Ujian Berat di Jepang
Unilever sendiri telah mendapat kritik keras atas penjualan sachet sekali pakai untuk sampo, pasta gigi, dan deterjen, yang sangat sulit didaur ulang. Namun, tahun lalu, Unilever memperkenalkan lembaran deterjen yang lebih ramah lingkungan dalam kotak berbahan dasar kertas.
Satu sesi negosiasi PBB lagi dijadwalkan berlangsung pada November di Busan, Korea Selatan, sebelum tenggat akhir tahun untuk mencapai kesepakatan.
Pada Agustus lalu di Bangkok, negara-negara anggota mendengarkan pandangan para ahli mengenai polusi plastik, ungkap Inger Andersen, Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB.
"Sangat mungkin bagi negara-negara anggota untuk mencapai kesepakatan sebelum akhir tahun," kata Andersen. "Bola sekarang ada di tangan mereka."