kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sepenggal cerita dari India: Cahaya lilin tanda terima kasih bagi petugas medis


Kamis, 09 April 2020 / 22:46 WIB
Sepenggal cerita dari India: Cahaya lilin tanda terima kasih bagi petugas medis
ILUSTRASI. Latar belakang gambar adalah salah satu bangunan bersejarah, bernama ?Rahim Khane Khanam Tomb? yang dibangun oleh Abdul Rahim Khan-i-Khanan (seorang Menteri Kekaisaran Mughal Akbar dan Jahangir). Fot: DOK PRIBADI


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia sedang berperang melawan wabah corona (Covid-19). Salah satu negara yang berjibaku menanggulangi corona adalah India. Hingga kini, India mencatatkan kasus positif corona sebanyak 6.237 pasien dengan 321 kasus positif baru. Adapun jumlah kematian akibat Covid-19 sebanyak 186 pasien.

Pemerintah India sudah memberlakukan karantina alias lockdown total sejak 25 Maret 2020. Kepada KONTAN, Tjandra Yoga Aditama, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di India menceritakan sepenggal pengalamannya di Negeri Bollywood itu selama menjalani masa lockdown.

Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan itu menyebutkan, saat ini di India memasuki musim semi, bunga mekar warna warni terlihat di sejumlah taman dan jalan.

Namun tentu saja wabah corona menyebabkan suasana menjadi amat berbeda. Praktis tidak ada orang yang menikmati bunga di taman karena seluruh negara total lockdown.

Suasana sepi juga terlihat pada salah satu bangunan bersejarah di New Delhi, bernama “Rahim Khane Khanam Tomb” yang dibangun oleh Abdul Rahim Khan-i-Khanan, seorang Menteri Kekaisaran Mughal Akbar dan Jahangir, untuk makam istrinya yang dikuburkan di sana pada 1598. Lokasi tersebut juga menjadi makam Abdul Rahim pada 1627.

Terkait penanggulangan wabah Covid-19, pada Minggu (5/4) pukul 21:00 waktu setempat, pemerintah India meminta 1,3 miliar penduduk mematikan lampu rumahnya. Di saat yang sama, selama 9 menit, warga menyalakan lilin atau diya (cawan kecil yang ada sumbunya dan bisa dipakai pada perayaan Divali) maupun senter di ponsel masing-masing.

"Aktivitas ini untuk menghomati petugas kesehatan dan petugas lapangan lain yang bekerja keras menangani Covid-19 di India," ungkap Tjandra, yang kini bertugas untuk WHO South East Asia Regional Office (SEARO) di New Delhi.

>> Lambang menghalau kegelapan, baca di halaman selanjutnya

Selain sebagai bentuk penghormatan kepada petugas kesehatan dan petugas lapangan lainnya, menyalakan lilin dianggap sebagai lambang untuk menghalau kegelapan yang ditebarkan oleh virus corona.

Menurut Tjandra, kegiatan ini adalah kelanjutan dari aktivitas pada 22 Maret lalu pukul 17:00 waktu setempat. Kala itu, sebanyak 1,3 miliar penduduk India bertepuk tangan selama 5 menit di teras atau balkon rumah masing-masing.

Sejak Rabu (25/3) pukul 00:00, India resmi memberlakukan total lockdown dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19. Artinya, sebanyak 1,3 miliar penduduk India harus berada di rumah selama 21 hari.

Sekolah dan kantor ditutup, kecuali yang amat vital. Kereta subway berhenti,  bus berkurang drastis dan hanya boleh untuk yang bertugas. Toko makanan dan farmasi tetap buka, namun untuk masuk ke dalam toko harus menerapkan physical distancing.
"Bandara pun ditutup, sehingga saya yang biasa sebulan sekali ke Jakarta maka terpaksa hanya ngobrol dengan cucu di Jakarta lewat face time saja," tutur Tjandra.

Tahapan pengambilan keputusan lockdown India cukup menarik. Pada 19 Maret, pemerintah mengumumkan pada Minggu 22 Maret adalah “Janta Curfew“ atau jam malam masyarakat seluruh India. "Saya pun nonton TV di rumah saja," kata Tjandra.

Uniknya, pada jam 17:00 seluruh penduduk diminta ke balkon dan teras rumah masing-masing untuk bertepuk tangan selama 5 menit sebagai ungkapan terima kasih kepada petugas yang bekerja melayani masyarakat (kesehatan, polisi, pelayanan umum dan lain-lain).

>> Seluruh penduduk berdiam di rumah, baca di halaman berikutnya

Kemudian pada 22 Maret malam hari pukul 21:00 beberapa State (termasuk New Delhi, namun belum seluruh negeri) mengumumkan penduduk untuk di rumah saja selama 10 hari ke depan. Pada Senin 23 Maret Tjandra mengaku masih ke kantor meski di WHO SEARO hanya direktur dan staf inti yang masuk.

Akhirnya, pada Selasa (24/3) pukul 20:00, India mengumumkan bahwa sejak pukul 24:00 seluruh India langsung lockdown total. Keesokan harinya jalanan kosong, seperti di kompleks kediaman Tjandra di New Delhi. Sebagian gerbang pun ditutup untuk keamanan. Praktis, sebanyak 1,3 miliar penduduk India bekerja dari rumah. "Termasuk menulis pengalaman yang baru sekali saya rasakan seumur hidup ini," kata Tjandra.

Selain bekerja dari rumah, pria berusia 64 tahun ini sempat mengikuti webinar (seminar online) rumah sakit di Indonesia, diwawancarai lewat Instagram Live.
Bahkan dia mengajar program S3 FIK UI melalui Google Meet. "Saya di New Delhi, Ketua Program Studi di Kampus UI Depok dan mahasiwa S3 di rumah masing-masing di Indonesia bagian Barat, Tengah dan Timur," pungkas Tjandra.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×