kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China Diprediksi Akan Menyumbang 40% Kebutuhan Minyak Global Pasca Pandemi


Kamis, 23 Maret 2023 / 11:54 WIB
China Diprediksi Akan Menyumbang 40% Kebutuhan Minyak Global Pasca Pandemi
ILUSTRASI. Kapal tanker minyak membongkar minyak mentah di terminal minyak mentah di Zhoushan, provinsi Zhejiang, Tiongkok 4 Juli 2018.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - LONDON. China diprediksi akan memenuhi hingga 40% kebutuhan minyak global di tengah mulai pulihnya aktivitas perekonomian setelah diterpa pandemi Covid-19.

Lembaga riset Wood Mackenzie pada hari Kamis (23/3) menjelaskan bahwa jumlah itu setara dengan 1 juta barel per hari (bpd). Peningkatan minyak global tahun ini diprediksi naik hingga 2,6 juta bpd.

Sayangnya, naiknya permintaan ini sepertinya tidak akan mengembalikan harga minyak ke level tahun 2022. 

Pada kemungkinan terendah, fenomena ini akan membuat ekonomi China tumbuh sebesar 5,5% tahun ini. Di skenario terbaik, PDB China bisa naik hingga 7% dan pesanan minyak akan bertambah 400.000 bpd.

Baca Juga: Menakar Prospek Harga Minyak Dunia Setelah Kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB)

Skenario pertumbuhan PDB yang lebih tinggi akan menurunkan ekspor bensin, jet, diesel, dan gasoil China karena konsumsi domestik meningkat.

Selanjutnya, kondisi ini akan sangat mendukung adanya margin penyulingan global sebesar 50 sen per barel pada kuartal keempat.

"Kami memiliki kapasitas (pemurnian) lebih dari 2 juta barel per hari yang mulai online tahun ini. Kehilangan tambahan 100.000 barel per hari dari ekspor China bukanlah akhir dari dunia," kata Mark Williams, peneliti di Wood Mackenzie, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Menguat Usai Kesepakatan Bersejarah Perbankan Swiss

Soal harga, Wood Mackenzie mengatakan harga rata-rata minyak mentah Brent tahun ini akan tetap di bawah rata-rata US$ 99 per barel yang tercatat di tahun 2022. Kondisi ini tak lepas dari perang di Ukraina yang membuat pasar harus beradaptasi ulang.

Jika tidak terjadi resesi yang signifikan, harga minyak Brent diprediksi naik dari level saat ini sekitar US$ 75 per barel, menjadi rata-rata US$ 89,40 per barel tahun ini.

"Margin pengilangan global akan menurun menjadi sekitar US$ 6 per barel pada kuartal keempat dibandingkan dengan US$ 11 per barel tahun sebelumnya, karena penambahan kapasitas pengilangan global melebihi pertumbuhan permintaan untuk bahan bakar transportasi," tulis Wood Mackenzie.




TERBARU

[X]
×