Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Sementara itu, kantor berita negara Xinhua dalam komentarnya mengatakan, Brussel tampaknya memberikan ruang bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan konsultasi guna menemukan solusi.
Xinhua juga menambahkan, China berharap Uni Eropa akan melakukan pertimbangan ulang yang serius dan berhenti melangkah lebih jauh ke arah yang salah.
Beijing telah menolak argumen Uni Eropa dan AS yang menyatakan kelebihan kapasitas di industri kendaraan listrik China telah mengancam produsen mobil luar negeri melalui subsidi ekspor.
China juga menyebut bahwa tarif akan memperlambat penggunaan kendaraan listrik, membahayakan tujuan perubahan iklim, dan meningkatkan biaya bagi konsumen.
Brussels mengatakan pihaknya juga akan memerangi subsidi China dengan tarif tambahan mulai dari 17,4% untuk BYD hingga 38,1% untuk SAIC, di luar bea mobil standar sebesar 10%. Hal ini menjadikan tarif keseluruhan mencapai tingkat tertinggi hampir 50%.
Baca Juga: Uni Eropa Kenakan Tarif Tambahan Hingga 38% untuk Mobil Listrik China
Washington juga baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk melipatgandakan bea masuk kendaraan listrik China hingga 100%.
Pendapat analis
Menurut para analis, industri otomotif China, yang merupakan gabungan antara perusahaan milik negara dan swasta, memiliki keunggulan biaya dibandingkan pesaing asing karena subsidi pemerintah dan dominasi negara tersebut dalam penyulingan mineral baterai.
Namun tingginya tingkat persaingan di pasar kendaraan listrik Tiongkok, yang terbesar di dunia, juga telah mendorong perusahaan untuk berinovasi dengan cara yang dapat menurunkan biaya.
Joe Mazur, analis senior di konsultan riset Trivium China, mengatakan produsen kendaraan listrik China akan terpaksa menanggung sebagian kenaikan biaya untuk mengurangi biaya.