kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45887,73   13,33   1.52%
  • EMAS1.365.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China Kecam Uni Eropa, Desak Pembatalan Tarif Mobil Listrik


Jumat, 14 Juni 2024 / 05:40 WIB
China Kecam Uni Eropa, Desak Pembatalan Tarif Mobil Listrik
ILUSTRASI. Pada Kamis (13/6/2024), Beijing mengecam kebijakan tarif Uni Eropa terhadap kendaraan listrik China.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pada Kamis (13/6/2024), Beijing mengecam kebijakan tarif Uni Eropa terhadap kendaraan listrik China. 

Pemerintah China menilai kebijakan tersebut sebagai perilaku proteksionis. 

Reaksi dari China dan negara-negara lain yang terlibat dalam perselisihan ini, termasuk produsen mobil Eropa dan Tiongkok, menunjukkan penolakan yang jelas terhadap keputusan Uni Eropa. 

Melansir Reuters, orang dalam industri mengatakan baik Eropa dan China memiliki alasan untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa bulan ke depan demi menghindari penambahan biaya baru senilai miliaran dolar bagi produsen mobil listrik China. 

Pasalnya, proses Uni Eropa memungkinkan adanya peninjauan Kembali atas kebijakan kendaraan listrik.

China mengatakan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk menjaga kepentingannya setelah Komisi Uni Eropa mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan mengenakan bea tambahan hingga 38,1% pada impor mobil listrik China mulai Juli 2024 mendatang.

Baca Juga: Uni Eropa Kerek Tarif Mobil Listrik China, Produsen Mobil Eropa Resah & Gelisah

“Kami mendesak Uni Eropa untuk mendengarkan dengan cermat suara-suara obyektif dan rasional dari semua lapisan masyarakat, segera memperbaiki praktik yang salah, berhenti mempolitisasi masalah ekonomi dan perdagangan, dan menangani perselisihan ekonomi dan perdagangan dengan baik melalui dialog dan konsultasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian pada konferensi pers reguler.

Meski begitu, Chery Auto, produsen mobil terbesar di China berdasarkan volume ekspor, tampaknya tidak terpengaruh atas kebijakan ini.

Charlie Zhang, wakil presiden Chery Auto dan presiden bisnis Eropa, mengatakan perusahaan berencana memulai produksi kendaraan listrik pada akhir tahun di pabrik yang baru diakuisisi di Spanyol. Ini merupakan lokasi manufaktur pertama perusahaan di Eropa.

Baca Juga: Beijing Meradang, Uni Eropa Jegal Mobil Listrik China dengan Kenaikan Tarif

Zhang mengatakan, lokasi tersebut akan membantu mengimbangi dampak tarif. 

Saingannya, BYD dan Great Wall Motor, juga berencana untuk mendirikan pabrik manufaktur dan perakitan di wilayah tersebut, yang bertujuan untuk mengurangi kerugian finansial akibat tarif.

Pasalnya, mereka menargetkan untuk meningkatkan penjualan mobil berbiaya rendah demi menyaingi pesaing mereka di Eropa dan mengimbangi penurunan penjualan yang terjadi di China.

Ruang untuk menemukan solusi

Sementara itu, kantor berita negara Xinhua dalam komentarnya mengatakan, Brussel tampaknya memberikan ruang bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan konsultasi guna menemukan solusi. 

Xinhua juga menambahkan, China berharap Uni Eropa akan melakukan pertimbangan ulang yang serius dan berhenti melangkah lebih jauh ke arah yang salah.

Beijing telah menolak argumen Uni Eropa dan AS yang menyatakan kelebihan kapasitas di industri kendaraan listrik China telah mengancam produsen mobil luar negeri melalui subsidi ekspor. 

China juga menyebut bahwa tarif akan memperlambat penggunaan kendaraan listrik, membahayakan tujuan perubahan iklim, dan meningkatkan biaya bagi konsumen.

Brussels mengatakan pihaknya juga akan memerangi subsidi China dengan tarif tambahan mulai dari 17,4% untuk BYD hingga 38,1% untuk SAIC, di luar bea mobil standar sebesar 10%. Hal ini menjadikan tarif keseluruhan mencapai tingkat tertinggi hampir 50%.

Baca Juga: Uni Eropa Kenakan Tarif Tambahan Hingga 38% untuk Mobil Listrik China

Washington juga baru-baru ini mengungkapkan rencana untuk melipatgandakan bea masuk kendaraan listrik China hingga 100%.

Pendapat analis

Menurut para analis, industri otomotif China, yang merupakan gabungan antara perusahaan milik negara dan swasta, memiliki keunggulan biaya dibandingkan pesaing asing karena subsidi pemerintah dan dominasi negara tersebut dalam penyulingan mineral baterai.

Namun tingginya tingkat persaingan di pasar kendaraan listrik Tiongkok, yang terbesar di dunia, juga telah mendorong perusahaan untuk berinovasi dengan cara yang dapat menurunkan biaya.

Joe Mazur, analis senior di konsultan riset Trivium China, mengatakan produsen kendaraan listrik China akan terpaksa menanggung sebagian kenaikan biaya untuk mengurangi biaya.




TERBARU

[X]
×