Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - BEIJING/SHANGHAI. Bank Sentral Tiongkok (People’s Bank of China/PBOC) memangkas suku bunga pinjaman acuan (Loan Prime Rate/LPR) pada Selasa (waktu setempat), untuk pertama kalinya sejak Oktober lalu, dalam upaya memperkuat ekonomi yang melambat di tengah ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
PBOC menurunkan LPR satu tahun sebesar 10 basis poin menjadi 3,0%, sementara LPR lima tahun—yang menjadi acuan utama untuk kredit pemilikan rumah—turun ke level 3,5%. Langkah ini diambil guna merangsang konsumsi dan pertumbuhan kredit, sembari tetap menjaga margin keuntungan bank komersial yang terus menyusut.
Bank-Bank Besar Turut Pangkas Suku Bunga Simpanan
Tak lama sebelum pengumuman pemangkasan LPR, lima bank terbesar milik negara—termasuk Industrial and Commercial Bank of China, Agricultural Bank of China, China Construction Bank, dan Bank of China—juga mengumumkan pemangkasan suku bunga simpanan hingga 25 basis poin untuk berbagai tenor.
Kebijakan ini diharapkan menjadi panduan bagi bank-bank kecil untuk mengikuti langkah serupa.
Baca Juga: China Pindahkan Satelit untuk Bantu Pakistan Tembak Jatuh Jet Tempur India
Langkah pemangkasan suku bunga simpanan ini dipandang sebagai strategi untuk menjaga net interest margin (selisih antara bunga pinjaman dan bunga simpanan) yang semakin tertekan akibat perlambatan ekonomi.
Pasar Saham Menyambut Positif, Indeks Perbankan Naik
Pasar saham merespons kebijakan pelonggaran ini dengan positif. Indeks sektor perbankan CSI (CSI399986) tercatat naik 0,7%, mengungguli indeks acuan Shanghai Composite (SSEC). Kenaikan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap prospek peningkatan pinjaman dan konsumsi domestik.
Marco Sun, analis pasar keuangan utama di MUFG Bank (China), menilai langkah ini sebagai bagian dari strategi jangka pendek untuk mendongkrak pinjaman kredit dan belanja masyarakat.
“Bank sentral kemungkinan akan mengambil sikap wait-and-see dalam beberapa bulan ke depan, kecuali risiko geopolitik eksternal meningkat signifikan,” ujar Sun.
Pemulihan Ekonomi Masih Renta di Tengah Ketidakpastian Perdagangan
Pemangkasan suku bunga ini merupakan bagian dari paket kebijakan yang diumumkan oleh Gubernur PBOC Pan Gongsheng dan regulator keuangan lainnya menjelang pertemuan penting antara Tiongkok dan AS di Jenewa awal bulan ini.
Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan penghentian sementara tarif selama 90 hari, memberikan sedikit kelonggaran dalam konflik dagang kedua negara.
Baca Juga: Lima Bank BUMN Terbesar China Ini Pangkas Bunga Deposito
Namun demikian, para ekonom tetap skeptis. Nomura, melalui kepala ekonom Tiongkok Ting Lu, menyebut bahwa target pertumbuhan ekonomi Beijing sebesar “sekitar 5%” akan sulit tercapai tanpa stimulus fiskal dan moneter yang lebih agresif.
“Dengan adanya jeda dalam perang dagang, Beijing mungkin merasa tidak terlalu tertekan untuk meluncurkan reformasi dan stimulus yang diperlukan,” kata Lu dalam catatan analisnya.
Data ekonomi terbaru menunjukkan pemulihan yang masih lemah. Harga rumah baru di Tiongkok stagnan pada April, memperpanjang tren tanpa pertumbuhan selama hampir dua tahun, meski berbagai upaya stabilisasi telah digencarkan. Pinjaman baru dari bank-bank besar pun anjlok melebihi ekspektasi.
Margin Keuntungan Bank Terus Menurun
Pemangkasan suku bunga simpanan oleh bank-bank besar disebut sebagai langkah antisipatif untuk menjaga profitabilitas di masa depan. Xing Zhaopeng, analis senior ANZ, menyebut langkah tersebut sebagai persiapan menghadapi tekanan yang terus meningkat.
Sementara itu, analis Moody’s Nicholas Zhu memperkirakan Tiongkok akan memasuki periode berkepanjangan dengan suku bunga rendah.
“Penurunan biaya simpanan sedikit membantu mengimbangi tekanan terhadap imbal hasil aset yang rendah, karena bank-bank tetap dituntut mendukung perekonomian riil,” kata Zhu.
Baca Juga: Pasca Kesepakatan AS-China, JP Morgan Kerek Peringkat Pasar Saham Negara Berkembang
Sebelumnya, bank-bank besar Tiongkok juga telah melakukan pemangkasan suku bunga simpanan pada Oktober dan Juli 2024, serta tiga kali sepanjang 2023. Tekanan terhadap laba semakin terlihat pada laporan kuartal I 2025, dengan margin bunga bersih turun ke level terendah sepanjang sejarah, yakni 1,43%.
Analis dari China International Capital Corp memperkirakan margin bunga bersih akan kembali turun 10–15 basis poin sepanjang tahun ini, seiring kompetisi ketat antar bank dalam menarik nasabah dengan suku bunga pinjaman rendah, sementara permintaan kredit tetap lemah.