Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Duta Besar China untuk PBB Cina Zhang Jun memperingatkan Amerika Serikat (AS) yang mengkritik kebijakan Beijing di Xinjiang bahwa tindakannya tidak "membantu " untuk negosiasi antara kedua negara pada kesepakatan perdagangan.
Di PBB, AS, Selasa (29/10), Inggris, dan 21 negara lainnya mendorong China untuk berhenti menangkap etnis Uighur dan Muslim lainnya, sebuah langkah yang dibalas oleh Beijing dan 53 negara lain bersama-sama membela sebagai catatan HAM yang "luar biasa".
"Pembicaraan perdagangan sedang terjadi dan kita melihat kemajuan," kata Zhang kepada wartawan seperti dikutip Reuters. "Saya tidak berpikir itu membantu untuk memiliki solusi yang baik bagi pembicaraan perdagangan," imbuhnya.
Baca Juga: Kabarnya, Presiden AS dan China bakal teken perjanjian dagang pada 17 November
Padahal, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping kemungkinan akan menyelesaikan perjanjian perdagangan di sela-sela KTT Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) bulan depan di Chili. Tapi, tanggalnya masih belum pasti.
South China Morning Post, Selasa (29/10), mengutip seorang pejabat Gedung Putih yang memberi pengarahan tentang pengaturan jadwal tersebut melaporkan, para pemimpin dari dua ekonomi terbesar dunia itu sementara diagendakan untuk menandatangani kesepakatan perdagangan pada 17 November. "Jika semuanya berjalan lancar," kata pejabat itu.
Trump pada Senin (28/10) mengatakan, dia berharap bisa meneken bagian penting dari kesepakatan perdagangan dengan China di KTT APEC, tetapi tidak mengungkap waktu persisnya. Sumber lain yang mengetahui rencana itu menyebutkan, 17 November adalah tanggal kemungkinan pertemuan Trump dan Xi.
Baca Juga: AS dapat memperpanjang penangguhan tarif produk-produk China senilai US$ 34 miliar
Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS (USTR) menyatakan, sedang mempelajari, apakah mereka akan memperpanjang penangguhan tarif atas barang-barang China senilai US$ 34 miliar yang berakhir 28 Desember 2019 nanti.
Melansir Reuters, USTR menyebutkan, kajian tersebut datang setelah ada permintaan dari importir negeri uak Sam untuk memperpanjang penundaan tarif sebesar 25% atas barang-barang negeri tembok raksasa dengan nilai US$ 34 miliar.