Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bloomberg News melaporkan pada hari Senin (13/1/2025), pejabat China tengah dalam pembicaraan awal tentang kemungkinan opsi untuk menjual operasi TikTok di Amerika Serikat kepada miliarder Elon Musk. Langkah ini dilakukan jika aplikasi video pendek itu tidak dapat menghindari larangan yang akan datang.
Melansir Reuters yang mengutip laporan Bloomberg, sumber anonim mengatakan pejabat Beijing lebih suka TikTok tetap berada di bawah kendali induknya, Bytedance.
Operasi TikTok di AS dapat dijual melalui proses yang kompetitif atau pengaturan oleh pemerintah, yang menunjukkan bahwa masa depan aplikasi itu tidak lagi sepenuhnya berada dalam kendali ByteDance.
Pemerintah China memiliki "saham emas" di ByteDance, yang menurut beberapa anggota Kongres memberi pemerintah kekuasaan atas Tiktok.
Berdasarkan laporan tersebut, dalam satu skenario, platform media sosial Musk, X, akan mengambil alih kendali TikTok AS dan menjalankan bisnis tersebut bersama-sama. Para pejabat belum mencapai konsensus tentang bagaimana melanjutkannya.
Baca Juga: Aplikasi Gratis Asal China Ini jadi Populer Jelang Potensi Pelarangan TikTok di AS
"Kami tidak dapat diharapkan untuk mengomentari fiksi murni," kata juru bicara TikTok, menanggapi laporan tersebut.
Masih belum jelas seberapa banyak ByteDance mengetahui diskusi tersebut, atau keterlibatan Musk dan TikTok, dan tidak ada informasi tentang apakah ByteDance, TikTok, dan Musk telah terlibat dalam pembicaraan apa pun mengenai kemungkinan kesepakatan.
TikTok sebelumnya mengatakan bahwa saham pemerintah tidak ada hubungannya dengan operasi global ByteDance di luar China, termasuk TikTok.
Elon Musk, X, dan Cyberspace serta Kementerian Perdagangan China tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dilayangkan Reuters.
Tonton: Konferensi Pers Pertama, Trump Singgung Soal Drone, Perang, dan TikTok
Minggu lalu, Mahkamah Agung tampaknya cenderung menegakkan hukum yang akan memaksa penjualan atau melarang TikTok di AS pada 19 Januari, karena kekhawatiran keamanan nasional tentang China.