Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Distributor film di China menunda penayangan setidaknya dua film Jepang seiring memburuknya ketegangan diplomatik antara Tokyo dan Beijing.
Menurut siaran resmi CCTV Selasa (18/11/2025), keputusan ini dianggap “bijaksana” karena mempertimbangkan sentimen negatif penonton domestik terhadap film Jepang.
Baca Juga: Dari Diplomasi ke Ancaman: China Babat Jepang dengan Senjata Ekonomi
Penundaan ini terjadi hanya dua minggu setelah pernyataan Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi, mengenai Taiwan memicu respons keras dari China dan memicu krisis diplomatik terburuk antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.
Beberapa film Jepang, termasuk animasi Crayon Shin-chan the Movie: Super Hot! Scorching Kasukabe Dancers dan film adaptasi manga Cells at Work!, yang awalnya dijadwalkan tayang dalam beberapa pekan ke depan, kini tidak akan dirilis sesuai jadwal di daratan China, menurut CCTV yang mengutip pengecekan dengan importir dan distributor film.
Film animasi Demon Slayer: Infinity Castle awalnya mendapat sambutan positif, namun pendapatan box office menurun setelah pernyataan Takaichi, karena adanya “ketidakpuasan kuat dari penonton China,” lapor CCTV pada Senin malam.
Baca Juga: Won dan Ringgit Melemah Paling Dalam Selasa (18/11/) Pagi, Mata Uang Asia Lesu
Distributor memilih mengikuti respons pasar, menghormati sentimen penonton, dan menunda penayangan film-film mendatang.
Jepang berusaha meredam ketegangan yang meningkat setelah Takaichi menyatakan kepada parlemen Jepang bahwa serangan China terhadap Taiwan yang mengancam kelangsungan Jepang bisa memicu respons militer.
Sejak itu, Beijing mendesak warganya untuk menunda perjalanan ke Jepang. Perdana Menteri China Li Qiang juga tidak berencana bertemu Takaichi dalam pertemuan G20 minggu ini di Afrika Selatan.
Baca Juga: Nikkei Jepang Anjlok 2% Selasa (18/11) Pagi, Imbas Aksi Jual Saham Teknologi Global
Ketua tiga federasi bisnis Jepang bertemu Takaichi pada Senin malam dan mendorong dialog untuk meredakan ketegangan diplomatik.
“Stabilitas politik merupakan prasyarat bagi pertukaran ekonomi,” kata Yoshinobu Tsutsui, Ketua Keidanren, lobi bisnis terbesar Jepang, kepada wartawan setelah pertemuan, dikutip media.













