Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - BRASILIA. Brasil melaporkan ada 679 kematian baru akibat Covid-19 dan 15.654 kasus tambahan yang dikonfirmasi pada Senin (8/6). Di akhir pekan lalu, pemerintah Brasil memutuskan tidak merilis data tambahan kasus positif dan kematian baru akibat Covid-19.
Namun, hal ini mengundang tuduhan manipulasi data dari anggota parlemen senior Brasil. Pada Sabtu (6/6), Kementerian Kesehatan Brasil telah menghapus data pasien Covid-19 dari situs webnya dan berhenti merilis total kumulatif untuk kematian dan infeksi virus corona.
Baca Juga: Infeksi lebih dari 7 juta, ini 20 negara dengan kasus corona tertinggi
Jumlah yang dikeluarkan pemerintah kali ini sama dengan yang dilaporkan sebelumnya oleh Dewan Nasional Sekretaris Kesehatan (Conass), yang menyatukan para kepala departemen kesehatan negara bagian Brasil tetapi terpisah dari kementerian kesehatan pusat.
Menurut Conass, angka kematian akibat Covid-19 di Brasil sekarang mencapai 37.134, tertinggi ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan Inggris. Sementara itu, jumlah kasus infeksi virus corona capai 707.412 orang, dan menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah AS.
Dalam pernyataan, Kementerian Kesehatan mengatakan, masalah pada penulisan data akhir pekan lalu menjadi alasan data tersebut akhirnya dihapus. Kesalahan datang dari jumlah kasus yang berasal dari dua negara bagian yang kemudian diperbaiki.
Tetapi perbedaan dalam jumlah kematian harian yang dilaporkan memicu kecaman dari seluruh sektor politik, termasuk seruan untuk penyelidikan kongres. "Dengan mengubah angka, Kementerian Kesehatan menutupi kenyataan," kata Rodrigo Maia, ketua majelis rendah di Twitter.
"Kredibilitas statistik perlu segera dipulihkan. Kementerian yang memanipulasi angka menciptakan dunia paralel agar tidak menghadapi kenyataan fakta," tambahnya.
Baca Juga: Jumlah kematian akibat virus korona secara global mencapai 400.000 orang
Senator Eliziane Gama, pemimpin Partai Kewarganegaraan, meminta Senat untuk membuka penyelidikan tentang angka-angka tersebut, sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan pentingnya komunikasi "konsisten dan transparan" dari Brasil.
Bagi Carlos Machado, kepala penelitian di Sekolah Nasional Kesehatan Masyarakat, kurangnya data yang dapat diandalkan di Brasil berbahaya. "Tidak memiliki data yang diperbarui dan dapat diandalkan selama pandemi proporsi ini seperti mengemudi dalam gelap," katanya.
"Meskipun kami tidak memiliki vaksin, informasi adalah senjata terbaik yang kami miliki," pungkas dia.