Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
KUALA LUMPUR. Maskapai Malaysia Airlines (MAS) ternyata sudah menderita kerugian dalam tiga tahun terakhir ini. Dalam tiga tahun, perusahaan milik BUMN Malaysia ini telah kehilangan US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 13,68 triliun (kurs 1 dollar AS = Rp 11.400). Tahun ini pun MAS diperkirakan bakal kembali mengalami kerugian.
Dari data Airline Weekly, pada 2013, Malaysia Airlines merupakan salah satu dari sedikit maskapai di dunia yang merugi dengan margin usaha minus 4%. Kondisi ini paling buruk dibanding seluruh maskapai di dunia. Padahal, maskapai di dunia pada tahun tersebut menikmati rata-rata keuntungan sebesar 5%.
Kondisi yang dialami MAS ini seperti dikutip dari Businessweek.com disebabkan oleh biaya operasi yang tinggi, jalur-jalur penerbangan yang tidak menguntungkan, dan persaingan dengan dua maskapai di Malaysia.
Masalah keuangan maskapai 67 tahun ini diperburuk dengan ekspansi yang dinilai terlalu bernafsu. Untuk menjaga pangsa pasar dan mengambil pasar premium di kawasan, tahun lalu MAS menambah 21 pesawat. Keputusan Malaysia Airlines untuk membeli pesawat raksasa A380 juga dikritik sebagai tindakan yang hanya membuang-buang uang.
Untuk mengurangi biaya operasi, maskapai ini melakukan efisiensi sehingga menimbulkan masalah dengan serikat pekerjanya. Selain itu, MAS juga menghentikan penerbangan jarak jauh, termasuk penerbangan ke Amerika Serikat, yang akan berhenti mulai bulan depan.
"Maskapai telah melakukan banyak hal. Namun, pada akhirnya pertumbuhan mereka yang lebih cepat dibanding maskapai lain ini ternyata tidak didukung oleh permintaan yang mendukung pertumbuhan tersebut," ucap analis Airline Weekly, Seth Kaplan.
Di dalam negeri, MAS juga harus berhadapan dengan maskapai milik Tony Fernandez, AirAsia, serta maskapai patungan maskapai asal Indonesia, Lion Air, dengan investor Malaysia, Malindo Air. Kedua maskapai itu menikmati keuntungan dari ceruk pasar di kawasan tersebut dengan memperkenalkan penerbangan berbiaya murah.
Pasca-tragedi jatuhnya Boeing 777-200 bernomor penerbangan MH370, di mana terdapat 229 penumpang asal China, tampaknya akan membuat MAS semakin terpuruk. Banyak warga China yang menganggap respons Malaysia Airlines kurang memadai, tidak jelas, dan lambat. Sentimen ini bisa membuat warga China lebih memilih maskapai lain dibanding Malaysia Airlines. Padahal, pertumbuhan pelancong asal China saat ini sangat tinggi.
Namun, di tengah deraan kinerja keuangan yang buruk ini, Malaysia Airlines berhasil mempertahankan layanan yang berstandar tinggi. Maskapai yang dikuasai BUMN Malaysia, Khazanah Nasional, ini masih menjadi salah satu dari tujuh operator penerbangan yang diberikan rating tertinggi oleh Skytrax Airline, bersama antara lain Singapura Airlines dan Cathay Pacific. (Erlangga Djumena)