Sumber: Vatikan News | Editor: Noverius Laoli
Kardinal Re juga menyoroti penekanan Paus Fransiskus pada belas kasihan, khususnya melalui Yubelium Luar Biasa Kerahiman pada 2016, serta seruannya untuk membangun budaya perjumpaan sebagai lawan dari budaya membuang.
Seruannya untuk persaudaraan manusia, terutama dalam Ensiklik Fratelli tutti dan Deklarasi Abu Dhabi 2019, menunjukkan keinginannya untuk membangun solidaritas dan perdamaian global.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi, kekerasan, dan perang, suara Paus Fransiskus menjadi suara perdamaian yang lantang. Ia terus menegaskan bahwa "perang adalah kekalahan bagi umat manusia," sebuah pernyataan yang disambut tepuk tangan meriah dari umat yang hadir.
Baca Juga: Kardinal Suharyo: Konklaf akan Mulai Sesudah 15 Berpulangnya Paus , Jadi 6 Mei
Melalui Ensiklik 'Laudato si', Paus Fransiskus memperluas kepemimpinannya ke isu lingkungan hidup, menekankan keterkaitan semua ciptaan dan tanggung jawab manusia terhadap bumi.
Homili diakhiri dengan nuansa lembut, mengutip permintaan yang sering diucapkan Paus Fransiskus, "Jangan lupa berdoa untukku."
Kardinal Re menambahkan, kini, saat Paus Fransiskus beristirahat dalam pelukan Tuhan, umat membalikkan permintaan itu: memohon agar Paus Fransiskus mendoakan Gereja, kota Roma, dan seluruh dunia dari surga.
Baca Juga: Pemakaman Paus Fransiskus Dijaga Ketat, Roma Kerahkan Ribuan Personel Keamanan
“Pastor Fransiskus yang terkasih, kami sekarang meminta Anda untuk mendoakan kami. Semoga Anda memberkati Gereja, memberkati Roma, dan memberkati seluruh dunia dari surga seperti yang Anda lakukan Minggu lalu dari balkon Basilika ini dalam pelukan terakhir dengan semua umat Tuhan, tetapi juga merangkul umat manusia yang mencari kebenaran dengan hati yang tulus dan mengangkat tinggi obor harapan.”