Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Ledakan permintaan kecerdasan buatan (AI) kembali mengguncang rantai pasok global, kali ini memicu kelangkaan akut chip memori yang memaksa perusahaan teknologi dan elektronik dunia berebut pasokan sambil menghadapi lonjakan harga.
Di Jepang, sejumlah toko elektronik mulai membatasi pembelian hard disk dan SSD, sementara produsen smartphone China memperingatkan kenaikan harga.
Microsoft, Google, ByteDance hingga OpenAI disebut tengah berebut kontrak pasokan dengan Micron, Samsung Electronics dan SK Hynix.
Menurut TrendForce, harga beberapa jenis chip memori telah melonjak lebih dari dua kali lipat sejak Februari, mencakup semua segmen dari flash NAND untuk smartphone hingga HBM berperforma tinggi komponen penting bagi chip AI seperti Nvidia.
Baca Juga: Airbus Bersiap Lakukan Inspeksi A320, Cacat Badan Pesawat Mengganggu Pengiriman
Risiko Melebar ke Ekonomi Makro
Kelangkaan ini dikhawatirkan menghambat pembangunan pusat data AI bernilai ratusan miliar dolar dan memberi tekanan inflasi tambahan.
“Krisis memori kini bukan lagi isu komponen, tapi risiko makroekonomi,” kata Sanchit Vir Gogia dari Greyhound Research.
Inventaris DRAM di distributor merosot ke 2–4 minggu pada Oktober, dari 13–17 minggu pada akhir 2024—tanda bahwa pasokan mengering cepat.
Para eksekutif memperingatkan krisis bisa berlangsung lama. SK Hynix memproyeksikan kelangkaan memori hingga akhir 2027, sementara kapasitas pabrik baru untuk chip konvensional diperkirakan baru beroperasi pada 2027–2028.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan: Pelaku Penetapan Darurat Militer Harus Diadili
Produsen Chip Tersandera Ledakan AI
Saat pabrik chip mengalihkan kapasitas ke HBM untuk melayani reli Nvidia dan raksasa cloud, pasar memori tradisional seperti DRAM PC dan smartphone justru kekurangan pasokan.
Samsung, SK Hynix dan Micron sempat memangkas produksi DDR4 untuk fokus pada chip bernilai tinggi.
Namun keputusan itu berbenturan dengan siklus penggantian perangkat PC dan pusat data serta naiknya penjualan smartphone.
Akibatnya, produsen besar seperti Google, Amazon, Microsoft dan Meta mengajukan order terbuka tanpa batas harga, sementara perusahaan China mengirim eksekutif ke Korea Selatan untuk memastikan alokasi pasokan.
“Semua orang memohon pasokan,” kata satu sumber industri.
Baca Juga: Performa Mata Uang Asia Rabu (3/12) Pagi: Baht & Ringgit Unggul, Rupiah Tertekan
Harga Meroket Hingga 60%
Samsung dilaporkan menaikkan harga memori server hingga 60% bulan lalu.
Counterpoint Research memprediksi harga memori baik kelas atas maupun legacy akan naik 30% hingga akhir 2025 dan mungkin 20% lagi di awal 2026.
Dampak ke Konsumen: Smartphone Bisa Naik 20–30%
Produsen ponsel China seperti Xiaomi dan Realme memperingatkan mereka mungkin harus menaikkan harga ponsel 20–30% pada pertengahan 2026 karena lonjakan harga komponen memori yang “belum pernah terjadi sebelumnya.”
Laptop ASUS mengaku memiliki persediaan empat bulan, tetapi siap menyesuaikan harga.
Baca Juga: Netflix Bidik Warner Bros Discovery, Janjikan Tarif Streaming Lebih Murah
Pasar Sekunder dan Aksi Spekulan Menggila
Di Akihabara, banyak toko membatasi pembelian maksimal delapan produk per konsumen.
Harga DDR5 32GB melonjak menjadi 47.000 yen dari 17.000 yen hanya dalam beberapa minggu. Penjualan barang bekas meledak.
Di Shenzhen, harga komponen kini berubah per jam, bukan per bulan seperti sebelumnya.
Distributor besar menyebut banyak pihak menimbun pasokan untuk dijual kembali.
Di AS, perusahaan daur ulang memori melaporkan penjualan naik dari US$500.000 menjadi hampir US$900.000 per bulan karena lonjakan permintaan dari perantara Hong Kong.













