Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Perang antara Iran dan Israel diprediksi masih akan terus berlanjut. Salah satu langkah paling mengancam dari Iran adalah upaya penutupan Selat Hormuz, jalur minyak paling penting di dunia.
Gencatan senjata Iran dan Israel diumumkan secara sepihak oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada hari Senin (23/6). Pengumuman itu disangkal oleh Iran. Pihak Israel pun tidak memberikan tanggapan.
Ketidakjelasan mengenai gencatan senjata ini jelas membuat potensi meluasnya perang Iran-Israel semakin besar.
Selain menyerang dengan militer, Iran memiliki senjata efektif berupa penutupan Selat Hormuz.
Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran. Mengutip AP News, sekitar 20 juta barel minyak per hari, atau sekitar 20% dari konsumsi minyak dunia, melewati selat ini pada tahun 2024.
Pangkalan angkatan laut utama Iran di Bandar Abbas berada di pantai utara selat tersebut. Iran juga dapat menembakkan rudal dari pantai Teluk Persia yang panjang, seperti yang dilakukan sekutunya, pemberontak Houthi Yaman, di Laut Merah.
Baca Juga: Daftar 9 Negara Pemilik Senjata Nuklir di Dunia: Israel Ada, Iran Tak Ada
Ekspor Minyak Iran Terhambat
Penutupan Selat Hormuz tidak hanya akan berdampak pada pasokan minyak dunia, tetapi juga jalur ekspor minyak Iran sendiri.
Menurut analis dari Kpler, Meskipun Iran memiliki terminal baru yang sedang dibangun di Jask, tepat di luar selat, fasilitas baru itu hanya memuat minyak satu kali dan tidak dalam posisi untuk menggantikan peran Selat Hormuz.
Sebagai tambahan, penutupan selat tersebut akan berdampak buruk pada China, mitra dagang terbesar Iran dan satu-satunya pelanggan minyak yang tersisa.
Tutupnya selat itu juga diprediksi akan merugikan negara-negara Arab pengekspor minyak, yang setidaknya secara resmi mendukung Iran dalam perangnya dengan Israel.
Penutupan Selat Hormuz juga memblokir wilayah perairan Oman, yang akan menyinggung negara yang selama ini bertindak sebagai mediator antara AS dan Iran.
Baca Juga: Pangkalan Militernya Diserang, Donald Trump Umumkan Gencatan Senjata Iran-Israel
Kenaikan Harga Minyak Dunia
Terhambatnya ekspor jelas akan meningkatkan harga minyak. Analis Kpler memprediksi kenaikan harga minyak akan setinggi US$120-130 per barel.
"Jika Iran memblokir selat itu, harga minyak bisa melonjak setinggi US$120-130 per barel. Hal itu akan menimbulkan guncangan inflasi pada ekonomi global, jika berlangsung lama," kata Homayoun Falakshahi, kepala analis minyak mentah di Kpler, dikutip AP News.
Dijelaskan bahwa, Asia akan terkena dampak langsung karena 84% minyak yang mengalir melalui selat tersebut menuju wilayah mereka, dengan tujuan utamanya adalah China, India, Jepang, dan Korea Selatan.
China akan terkena dampak paling serius karena memperoleh 47% minyak yang diangkut melalui laut dari Teluk. Untungnya, kekuatan ekonomi dunia itu masih memiliki persediaan minyak sebesar 1,1 miliar barel, atau persediaan untuk 2 1/2 bulan.
Sementara itu, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), Amerika Serikat akan merasakan dampak dari harga yang lebih tinggi tetapi tidak akan kehilangan banyak pasokan.
AS hanya mengimpor sekitar 7% minyaknya dari negara-negara Teluk Persia melalui selat tersebut pada tahun 2024, angka itu adalah yang terendah dalam hampir 40 tahun.
Tonton: Trump Umumkan Gencatan Senjata Antara Israel dan Iran