Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Proposal kebijakan awal Presiden Donald Trump menimbulkan kekhawatiran The Fed mengenai inflasi yang lebih tinggi.
Perusahaan-perusahaan memberi tahu bank sentral Amerika Serikat (AS) bahwa mereka umumnya berencana menaikkan harga untuk mengimbangi biaya tarif impor, menurut para pembuat kebijakan dalam sebuah rapat yang diadakan sekitar seminggu setelah pelantikan Trump pada 20 Januari.
Peserta dalam rapat The Fed pada 28-29 Januari "secara umum menyoroti risiko kenaikan terhadap prospek inflasi," dibandingkan dengan risiko terhadap pasar tenaga kerja, menurut risalah rapat yang dirilis pada Rabu (19/2).
Baca Juga: Simak Kalender Ekonomi 20 Februari 2025, Rilis FOMC Minutes
"Secara khusus, para peserta mengutip kemungkinan dampak dari perubahan kebijakan perdagangan dan imigrasi, potensi gangguan rantai pasokan akibat perkembangan geopolitik, atau belanja rumah tangga yang lebih kuat dari perkiraan."
Meskipun masih yakin bahwa tekanan harga akan mereda dalam beberapa bulan mendatang, "faktor-faktor lain dikutip sebagai potensi penghambat proses disinflasi," kata risalah rapat, termasuk fakta bahwa "kontak bisnis di sejumlah distrik The Fed menunjukkan bahwa perusahaan akan mencoba meneruskan kenaikan biaya input kepada konsumen akibat tarif potensial."
Para peserta juga mencatat bahwa beberapa ukuran ekspektasi inflasi, yang menjadi perhatian utama The Fed, "baru-baru ini meningkat."
Dalam komentarnya kepada Yahoo Finance setelah risalah dirilis, Presiden The Fed Bank of Atlanta Raphael Bostic menjelaskan serangkaian tantangan yang sedang dihadapi The Fed.
Para pemimpin bisnis memberi tahu pejabat The Fed bahwa mereka ingin menaikkan harga tetapi tidak yakin bagaimana reaksi konsumen; tarif dapat menambah biaya, tetapi langkah-langkah deregulasi di beberapa industri dapat mengimbangi tekanan tersebut.
Baca Juga: Wall Street Menghijau Rabu (19/2), S&P 500 Cetak Rekor Penutupan Kedua Berturut-turut
Pada titik ini, Bostic mengatakan bahwa hasil bersih bagi pembuat kebijakan adalah kepercayaan yang lebih rendah mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Saya sebelumnya memperkirakan bahwa tahun 2025 akan berjalan dengan sangat positif. Kami akan melihat pertumbuhan yang solid, inflasi akan terus bergerak menuju 2%, dan pasar tenaga kerja tetap kuat," kata Bostic.
"Namun, semua perubahan potensial ini ... berarti tingkat kepercayaan dan ketepatan dalam perkiraan itu telah berkurang, dan kita hanya bisa menunggu bagaimana semuanya berkembang."
Pasar keuangan tidak banyak berubah setelah rilis risalah rapat tersebut, dengan kontrak berjangka suku bunga menunjukkan bahwa pemangkasan suku bunga pertama, dan mungkin satu-satunya, dari The Fed pada tahun 2025 akan terjadi pada bulan Juli. Saham AS berfluktuasi antara kenaikan dan penurunan tipis.
Baca Juga: Bukan Bitcoin, Satu Aset Ini Lebih Dicintai Robert Kiyosaki