Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia mencatatkan aliran keluar (outflow) asing untuk pertama kalinya dalam empat bulan pada Agustus 2025.
Kekhawatiran terhadap tarif impor Presiden AS Donald Trump membebani prospek eksportir kawasan, sementara pelemahan dolar AS menambah tekanan margin dan daya saing.
Baca Juga: Ini 8 Negara Pengimpor Minyak Mentah Utama ke India, Rusia yang Terbanyak
Melansir Reuters Kamis (11/9/2025), mengacu data LSEG, investor asing melepas saham senilai US$8,8 miliar di tujuh pasar utama Asia yakni India, Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Indonesia, Vietnam, dan Filipina mengakhiri tren beli bersih tiga bulan sebelumnya.
Trump bulan lalu memberlakukan tarif antara 10% hingga 50% terhadap barang impor dari mitra dagang utama, termasuk tarif 50% untuk India, 20% untuk Taiwan, 19% untuk Thailand, dan 15% untuk Korea Selatan.
Menurut riset Nomura, meskipun sebagian besar eksportir Asia sudah meneruskan beban tarif ke konsumen AS, risiko penurunan margin diperkirakan meningkat seiring kenaikan tarif balasan dari negara-negara mitra dagang.
India menjadi pasar dengan aliran keluar terbesar, yakni sekitar US$ 4 miliar, tertinggi sejak Januari.
Baca Juga: Protes Gen Z Paksa PM Nepal Mundur, Negosiasi Pemimpin Baru Dimulai
Investor asing juga mencatatkan penjualan bersih senilai US$ 2,05 miliar di Taiwan, US$ 1,63 miliar di Vietnam, US$ 1,06 miliar di Korea Selatan, dan US$ 709 juta di Thailand.
Sebaliknya, Indonesia justru mencatatkan inflow asing senilai US$ 676 juta, menjadi pengecualian di tengah tren regional tersebut.
Meski tekanan keluar modal masih membayangi, bursa Asia sempat menguat pada pekan ini, dipimpin saham teknologi.
Sentimen didorong harapan bahwa data inflasi AS cukup jinak untuk membuka jalan pemangkasan suku bunga The Federal Reserve pekan depan, dengan kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan hingga akhir 2025.
Namun, sejumlah analis menyoroti valuasi saham Asia yang sudah melampaui rata-rata 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Indonesia Masuk 15 Besar Negara Penopang Volume Perdagangan Global
Pada akhir Agustus, MSCI Asia di luar Japan diperdagangkan dengan forward price-to-earnings ratio 14 kali, tertinggi dalam empat tahun.
“Meski siklus pemangkasan suku bunga The Fed menjadi penopang, kami memperkirakan re-rating pasar akan jeda seiring berkurangnya dukungan tambahan dari dolar AS. Kenaikan selanjutnya kemungkinan lebih banyak ditopang oleh pertumbuhan laba,” ujar Frank Benzimra, Head of Asia Equity Strategy Societe Generale.