Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Menurut rantai laboratorium swasta India pada Rabu (19/5/2021), hampir dua pertiga orang yang diuji di India telah menunjukkan terinfeksi Covid-19. Hal ini menunjukkan penyebaran virus yang tak terkendali ketika jumlah kematian harian naik ke rekor 4.529.
Data Reuters yang mengutip Kementerian Kesehatan India menunjukkan, India melaporkan 267.334 infeksi harian baru pada hari Rabu, sehingga total kasus Covid-19 di Negeri Taj Mahal ini mencapai 25,5 juta, tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Adapun jumlah kematian 283.248 kasus.
Selama berbulan-bulan, tidak ada negara yang terpukul pandemi lebih keras daripada India, karena varian baru yang ditemukan di sana memicu lonjakan hingga lebih dari 400.000 infeksi baru setiap hari.
Berdasarkan perhitungan pelacak Reuters, hanya Amerika Serikat yang memiliki angka kematian satu hari yang lebih buruk, ketika negara ini kehilangan 5.444 orang pada 12 Februari 2021.
Baca Juga: Hati-hati! Varian corona asal India akibat transmisi lokal ditemukan di Jakarta
Dengan melimpahnya pasien di rumah sakit dan jumlah jenazah yang akan dikremasi, banyak yang menilai bahwa angka resmi yang dirilis pemerintah India lebih rendah dari kondisi sebenarnya. Beberapa ahli bahkan mengatakan infeksi dan kematian bisa lima sampai 10 kali lebih tinggi.
Ada kekhawatiran bahwa varian baru yang sangat menular tidak terkendali dan banyak kasus tidak dilaporkan karena kurangnya pengujian, terutama di pedesaan yang luas.
Baca Juga: Penelitian baru, dua vaksin Covid-19 ini efektif lawan virus corona dari India
Data dari Thyrocare, sebuah rantai laboratorium swasta, tampaknya mendukung kecemasan tersebut. Data Thyrocare menunjukkan bahwa 63,5% orang dinyatakan positif antibodi Covid-19 selama tujuh hari terakhir, naik dari 45% sebulan lalu.
Menurut Kepala Eksekutif perusahaan Arokiaswamy Velumani di Twitter, data ini diambil dari 25 negara bagian, termasuk individu yang terinfeksi di masa lalu, divaksinasi, tidak terinfeksi dan mereka yang belum divaksinasi.
Kritik terhadap Perdana Menteri Narendra Modi semakin meningkat. Akan tetapi, M. Govinda Rao, mantan anggota Dewan Penasihat Ekonomi untuk Perdana Menteri, mengatakan tingkat penyebaran virus telah mengejutkan semua orang.
"Kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya di mana gelombang kedua penyebaran pandemi benar-benar membuat pemerintah (negara bagian) serta rakyat lengah," kata Rao kepada surat kabar Hindu.
Baca Juga: Ahli: Penurunan kasus Covid-19 India hanyalah ilusi
Sementara itu, angka dari Dewan Penelitian Medis India menunjukkan, tingkat pengujian harian mencapai rekor 2 juta pada hari Selasa.
Namun hal itu masih kurang dari kapasitas pengujian harian yang diklaim India sebesar 3,3 juta, kata Rijo M John, seorang profesor di Rajagiri College of Social Sciences di kota selatan Kochi.
John juga mempertanyakan seberapa bermanfaat hasil tes tersebut.
"Banyak dari tes ini dilakukan di pusat-pusat kota, di mana kasus mungkin telah mencapai puncaknya sehingga tidak banyak gunanya. Sudah waktunya mereka dialihkan ke lebih banyak daerah pedesaan, tapi saya ragu itu dilakukan," kata John.
Baca Juga: Kasus COVID-19 di India tembus 25 juta, badai di Gujarat memperumit krisis
Dua survei menunjukkan, dukungan terhadap Modi telah jatuh ke titik terendah baru.
Lembaga pemungutan suara CVOTER menemukan bahwa untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun Modi menjabat, ada lebih banyak orang yang menyatakan ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintahnya.
Rumah sakit harus menolak pasien, sementara kamar mayat dan krematorium tidak mampu menangani jenazah yang menumpuk.
Foto dan video di televisi tentang pembakaran kayu bakar di tempat parkir dan mayat yang terdampar di tepi sungai Gangga telah memicu ketidaksabaran terhadap pemerintah.
India adalah produsen vaksin terbesar di dunia. Akan tetapi negara ini mendapat kritik atas kampanye vaksinasi yang lambat, yang terganggu oleh kurangnya pasokan.
Pemerintah mengatakan sekitar 98% dari populasi 1,3 miliar tetap rentan terhadap infeksi.
Baca Juga: WHO catat penurunan kasus COVID-19, kondisi di sejumlah negara tetap memprihatinkan
India menghentikan ekspor vaksin sebulan lalu setelah menyumbangkan atau menjual lebih dari 66 juta dosis. Seorang sumber pemerintah mengatakan kepada Reuters bahwa tidak mungkin untuk melanjutkan ekspor utama vaksin sampai setidaknya Oktober karena negara ini lebih memprioritaskan kebutuhan dalam negeri.