Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Robert Kiyosaki, penulis buku bisnis Rich Dad Poor Dad, kembali mengungkit komentar lama Warren Buffett soal Bitcoin lewat unggahannya di X. Buffett dulu pernah menyebut Bitcoin bukan investasi, hanya spekulasi, dan memperingatkan bahwa bahaya muncul ketika pasar penuh euforia berlebihan.
Komentar itu kembali ramai dibahas seiring perubahan besar di Berkshire Hathaway, di mana Buffett diperkirakan akan menyerahkan posisi CEO kepada Greg Abel pada akhir 2025. Meski ucapannya sudah bertahun-tahun lalu, pernyataan Buffett itu masih sering dikutip setiap kali Bitcoin jadi topik diskusi.
Aset Tradisional Juga Bisa Runtuh
Melansir U Today, menurut Kiyosaki, anggapan bahwa pasar tradisional lebih aman tidak selalu benar. Ia menilai saham bisa jatuh tak terduga, harga properti bisa berubah cepat, dan obligasi pemerintah AS pun bisa bergeser ketika investor besar luar negeri mengubah kepemilikan mereka.
Sebagai contoh, Berkshire Hathaway sendiri sudah menjual saham selama 12 kuartal berturut-turut—rekor terlama sepanjang sejarah perusahaan. Sebaliknya, mereka justru menumpuk surat utang pemerintah AS hingga menguasai sekitar 5,6% dari seluruh pasar treasury bills yang beredar. Dari laporan terbaru, Berkshire membeli saham Alphabet dan melepas D.R. Horton, menunjukkan bahwa bahkan perusahaan sebesar itu tetap harus mengatur ulang portofolio mereka.
Baca Juga: Terungkap: Jaringan Pencucian Uang Global Dukung Perang Rusia di Ukraina
Bitcoin Disejajarkan dengan Emas dan Perak
Poin kedua Kiyosaki adalah soal suplai. Menurutnya, pemerintah bisa mencetak uang kapan saja, pasar keuangan terus menciptakan produk derivatif baru tanpa batas, sementara Bitcoin hanya akan berjumlah maksimal 21 juta BTC.
Karena sifat kelangkaan itu, Kiyosaki menempatkan Bitcoin sejajar dengan emas dan perak — aset yang nilainya didasari keterbatasan dan bukan keputusan kebijakan.
Di akhir pernyataannya, Kiyosaki menambahkan bahwa ini bukan soal siapa yang benar atau salah. Yang penting, kata dia, adalah bagaimana setiap investor mengelola risiko. Untuk dirinya pribadi, ia memilih aset yang tak bisa "diciptakan ulang", dan itu alasan Bitcoin tetap ada di portofolionya.
Tonton: Purbaya Kembali Tempatkan Dana Rp 76 Triliun di Himbara dan Bank DKI, Apa Tujuannya?
Kesimpulan
Robert Kiyosaki menantang pandangan lama Warren Buffett soal Bitcoin dengan argumen bahwa aset tradisional pun tidak bebas risiko dan bisa runtuh sewaktu-waktu. Ia menilai nilai Bitcoin justru terletak pada suplai yang terbatas, sama seperti emas dan perak, sehingga menjadi alat lindung nilai terhadap sistem keuangan yang bisa memperluas pasokan uang tanpa batas. Pada akhirnya, menurutnya, keputusan investasi bergantung pada cara seseorang melihat dan mengelola risiko—bukan sekadar mengikuti pandangan otoritas finansial.













