Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"China sepertinya akan bersabar untuk menunggu pergantian pimpinan di Washington. Jika perlu, China akan bereaksi dengan mengambil kebijakan yang didisain untuk membahayakan terpilihnya kembali Trump, meski sebagai dampaknya akan membahayakan bagi perekonomian global dan pasar finansial," papar David Bianco, DWS Group's chief investment officer.
Di sisi lain, Trump mengetahui dengan pasti niatan China. Baru-baru ini, dia memperingatkan bahwa kesepakatan dengan China akan lebih sulit jika dirinya terpilih kembali.
Meski demikian, strategi China bisa berbalik arah. Matsuzawa mengatakan, meskipun kebijakan yang diambil saat ini bisa mendapat dukungan dari kedua belah pihak, namun presiden selanjutnya bisa mengambil kebijakan serupa.
Baca Juga: Devaluasi Yuan Bukan Satu-satunya Senjata China Melawan Trump
Ditambah lagi, gangguan dalam pertumbuhan ekonomi China dapat membahayakan stabilitas negara tersebut. Saat ini saja, aksi demonstrasi terus berlanjut di Hong Kong. Selain itu, PDB China untuk kuartal II merupakan pertumbuhan kuartalan yang paling lambat (yoy) dalam 27 tahun terakhir.
"Perlambatan pertumbuhan China berarti bahwa masalah deflasi bisa mengemuka," kata Matsuzawa.
Normalnya, perlambatan yang berkelanjutan akan menyebabkan pemerintah menggelontorkan stimulus besar agar perekonomian tumbuh lagi. Namun, ada kemungkinan China tidak bisa lagi melakukan hal itu seagresif dulu.