Reporter: Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
BEIJING. Wajah David Li nampak kebingungan. Pebisnis pendidikan dan properti asal China ini tengah menimbang sejumlah tawaran properti di Chinatown, tak jauh dari San Francisco, Amerika Serikat (AS). Padahal, Li sudah memiliki tiga apartemen di San Francisco senilai total US$ 1 juta.
Harga jual properti Li di AS sudah tumbuh 30% dan memberikan uang sewa sekitar 6% saban tahun. Li berniat membeli rumah US$ 1,5 juta sebagai tempat peristirahatan di masa tua. "Saya enggan meninggalkan China, tapi saya perlu exit strategy jika keadaan di China memburuk," ujar Li kepada Wall Street Journal.
Impian Li berinvestasi properti di luar China tidak sendirian. Lihat saja sepak terjang sejumlah konglomerat properti China yang sibuk mencari tempat terbaik untuk berinvestasi. Ini tak lepas dari bayang-bayang bubble properti China. Mengutip data konsultan properti CBRE, pengembang properti China telah mengeluarkan dana US$ 7,7 miliar untuk membeli properti di luar China selama periode kuartal I 2013. Jumlah ini naik 46% dibandingkan tahun lalu.
Contoh, aksi Fosun International Ltd. Pekan lalu, konglomerasi properti China ini resmi membeli One Chase Manhattan Plaza seharga US$ 725 juta. Ini adalah bangunan perkantoran yang berlokasi di kawasan elite Wall Street. Harga ini setara dengan
U$ 330 per meter persegi.
Ironisnya, harga ini sepertiga dari harga rata-rata perkantoran di Shanghai pada tahun 2012, berdasarkan data China Office Research Center. Marc Giuffrida, Direktur CBRE menilai, pertumbuhan properti China tidak stabil. Itu sebabnya, developer mencari pasar lain untuk menopang pertumbuhan pasar domestik.
Giuffrida bilang, pasar properti lain yang dibidik adalah pasar yang bisa memberikan stabilitas pertumbuhan, transparan dan likuid. "Investor bahkan rela menerima imbal hasil properti lebih kecil namun stabil," ujar dia. Michael Klibaner, Kepala Riset Jones Lang LaSalle China menilai, pembelian properti, di luar China masuk akal.
"Properti negara maju sangat menarik," katanya. Selama ini, investasi properti China mengalir ke daerah yang terdapat banyak imigran China. Misalnya, Sidney, San Francisco, Los Angeles dan London.