Sumber: Al Jazeera | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Militer Myanmar menggerebek pusat penipuan daring di perbatasan Thailand dan menangkap hampir 350 orang sebagai bagian dari operasi pemberantasan besar-besaran terhadap kompleks pasar gelap yang berkembang pesat.
Melansir Al Jazeera, militer pada hari Rabu (19/11/2025), menyalahkan kelompok oposisi bersenjata karena telah membiarkan pusat-pusat penipuan beroperasi di bawah perlindungan mereka, tetapi mengatakan telah mengambil tindakan setelah merebut kembali kendali wilayah tersebut.
Menurut media pemerintah The Global New Light of Myanmar, militer Myanmar menyerbu pusat perjudian dan penipuan Shwe Kokko pada Selasa pagi.
“Selama operasi, 346 warga negara asing yang saat ini sedang diperiksa telah ditangkap,” tulis laporan tersebut. “Hampir 10.000 ponsel yang digunakan dalam operasi perjudian daring juga disita.”
Disebutkan bahwa perusahaan Yatai, milik She Zhijiang—seorang warga China-Kamboja yang diduga terlibat dalam aktivitas kriminal—merupakan pihak yang mengelola kawasan Shwe Kokko.
She ditangkap di Thailand pada 2022 dan diekstradisi ke China pekan lalu, di mana ia menghadapi tuduhan keterlibatan dalam perjudian daring dan operasi penipuan. Ia dan perusahaannya, Yatai, sebelumnya telah dikenai sanksi oleh Inggris dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Anjlok, Ada Desakan Baru untuk Mengakhiri Perang Rusia-Ukraina
Sejak pandemi COVID-19, wilayah perbatasan yang menghubungkan Thailand, Myanmar, Laos, dan Kamboja telah muncul sebagai pusat penipuan daring.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, wilayah tersebut menghasilkan miliaran dolar melalui perdagangan manusia, di mana ratusan ribu orang dipaksa bekerja di dalam kompleks penipuan.
Tekanan dari China
Pemerintahan militer Myanmar sejak lama dituduh membiarkan aktivitas tersebut, namun sejak Februari mengklaim melakukan penertiban setelah mendapat tekanan dari China, yang merupakan pendukung militer Myanmar.
Penggerebekan tambahan yang dimulai bulan lalu, menurut beberapa pengamat, merupakan upaya propaganda yang dirancang untuk meredakan tekanan Beijing tanpa menghilangkan aliran keuntungan yang menguntungkan sekutu milisi pemerintah.
Sejak kudeta 2021 memicu perang sipil, wilayah perbatasan Myanmar yang dikelola secara longgar menjadi lahan subur bagi pusat-pusat penipuan, yang menurut analis mempekerjakan ribuan pekerja sukarela maupun korban perdagangan manusia dari luar negeri.
Tonton: Bos Besar Scam Myanmar Diekstradisi ke China, Sempat Buron 10 Tahun
Pada Oktober, militer menangkap lebih dari 2.000 orang dalam penggerebekan di KK Park, salah satu pusat penipuan paling terkenal di perbatasan Thailand.
Pada September, Departemen Keuangan Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap lebih dari 20 perusahaan dan individu di Kamboja dan Myanmar karena dugaan keterlibatan dalam operasi penipuan.
Kesimpulan
Penangkapan hampir 350 orang dalam penggerebekan pusat penipuan daring Shwe Kokko menunjukkan upaya Myanmar untuk menekan jaringan kriminal digital yang berkembang pesat di wilayah perbatasan Asia Tenggara, setelah adanya tekanan kuat dari China. Meski militer Myanmar mengklaim operasi ini sebagai langkah penegakan hukum, pengamat menilai tindakan tersebut juga bermuatan propaganda dan belum menyentuh akar persoalan, yaitu jaringan bisnis kriminal transnasional yang melibatkan perdagangan manusia, perusahaan bayangan, serta aktor politik dan militer yang diuntungkan dari aktivitas ilegal tersebut.













