Sumber: The Straits Times | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Myanmar telah jatuh ke dalam kekacauan sejak militer mengambil alih kekuasaan pada 1 Februari lalu. Kelompok kemanusiaan melaporkan ada lebih dari 1.300 warga sipil yang tewas selama aksi protes berlangsung di hampir seluruh wilayah Myanmar.
Kelompok pejuang yang menamakan diri "Angkatan Pertahanan Rakyat" telah bermunculan di seluruh negeri untuk melawan junta dan membuat pasukan militer kesulitan di banyak titik. Sayangnya, aksi perlawanan yang terus muncul juga menyebabkan angka kematian sipil terus bertambah.
Pada bulan Juni, Majelis Umum PBB sepakat untuk mencegah pengiriman senjata ke Myanmar. Sayangnya, tindakan tersebut dianggap hanya tindakan simbolis karena tidak diputuskan oleh Dewan Keamanan yang memiliki hak lebih kuat.
China dan Rusia, yang memiliki hak veto, adalah pemasok senjata utama ke Myanmar. Dua negara tersebut selalu membatalkan keputusan terkait embargo senjata sejak kudeta dimulai awal tahun ini.