kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.194   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.101   4,31   0,06%
  • KOMPAS100 1.062   -0,16   -0,01%
  • LQ45 836   -0,04   -0,01%
  • ISSI 215   0,08   0,04%
  • IDX30 427   0,29   0,07%
  • IDXHIDIV20 515   1,86   0,36%
  • IDX80 121   -0,07   -0,06%
  • IDXV30 125   -0,20   -0,16%
  • IDXQ30 143   0,19   0,13%

Di tengah ketegangan, kapal perang AS kembali berlayar di Laut China Selatan


Jumat, 22 November 2019 / 11:10 WIB
Di tengah ketegangan, kapal perang AS kembali berlayar di Laut China Selatan
ILUSTRASI. Kapal Induk AS di Laut China Selatan, (3/3/2017). REUTERS/Erik De Castro


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Kapal perang Angkatan Laut AS berlayar di dekat pulau-pulau yang diklaim oleh China di Laut China Selatan dalam beberapa hari ke belakang. Hal tersebut dilakukan di tengah hubungan kedua negara yang tengah memanas.

Dilansir dari Reuters, jalur perairan ini adalah salah satu dari sejumlah titik yang memanaskan hubungan AS-China selain perang dagang, sanksi AS terhadap korporasi China, isu Hong Kong serta Taiwan.

Baca Juga: Harga minyak dunia jatuh dari level tertinggi 2 bulan, sentimen AS-China mendominasi

Selama pembicaraan tingkat tinggi pada awal pekan ini, China meminta militer AS untuk berhenti memancing ketegangan di Laut China Selatan dan menambahkan ketidakpastian baru atas Taiwan yang diklaim oleh China salah satu provinsinya.

Sementara itu Angkatan Laut AS secara teratur membuat Tiongkok jengkel dengan melakukan operasi kebebasan navigasi oleh kapal-kapal yang dekat dengan beberapa pulau yang diduduki China.

Komandan Reann Mommsen, juru bicara Armada Ketujuh Angkatan Laut AS, mengatakan bahwa pada hari Rabu, kapal tempur litoral Gabrielle Giffords melakukan perjalanan dalam 12 mil laut dari Mischief Reef.

Lalu pada hari Kamis, kapal perusak Wayne E. Meyer juga berlayar di dekat Kepulauan Paracel. 

Baca Juga: Arab Saudi batal libatkan bank-bank Wall Street dalam IPO Aramco

"Misi-misi ini didasarkan pada supremasi hukum dan menunjukkan komitmen kami untuk menegakkan hak, kebebasan, dan penggunaan laut dan wilayah udara yang dijamin secara hukum untuk semua negara," katanya.

Seperti yang diketahui, China mengklaim hampir semua perairan yang kaya energi di Laut China Selatan, tempat negara ini mendirikan pos-pos militer di pulau-pulau buatan. 

Namun, Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas sebagian wilayah laut tersebut.

Amerika Serikat menuduh China melakukan militerisasi Laut Cina Selatan dan berusaha mengintimidasi negara tetangga di Asia yang mungkin ingin mengeksploitasi cadangan minyak dan gasnya yang luas.

Baca Juga: Senator AS mendesak administrasi Trump untuk menghentikan persetujuan lisensi Huawei



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×