Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - KINSHASA. Republik Demokratik Kongo mengumumkan wabah meningitis di Timur Laut Provinsi Tshopo, dengan 261 kasus dan 129 kematian, rasio kematian yang tinggi hampir 50%.
Tes konfirmasi yang Institut Pasteur di Paris lakukan mendeteksi Neisseria meningitidis, salah satu jenis bakteri meningitis yang paling sering berpotensi menyebabkan epidemi besar.
Otoritas kesehatan Republik Demokratik Kongo telah mengerahkan tim darurat awal, dan dengan dukungan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan respons dengan cepat.
Komite tanggap krisis telah dibentuk di Banalia, komunitas yang terkena dampak wabah, serta di Kisangani, ibu kota Tshopo, untuk mempercepat upaya pengendalian wabah meningitis.
WHO telah menyediakan pasokan medis di Banalia dan berencana untuk mengerahkan lebih banyak ahli dan sumber daya.
Baca Juga: Lebih mematikan dari COVID-19, ini gejala penyakit virus Marburg
“Meningitis adalah infeksi serius dan tantangan kesehatan masyarakat yang utama," kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika, dalam siaran pers Rabu (8/9) yang diterima Kontan.co.id.
"Kami bergerak cepat, mengirimkan obat-obatan, dan mengerahkan para ahli untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan wabah dalam waktu sesingkat mungkin,” ujar dia.
Sabuk meningitis Afrika
Lebih dari 100 pasien sudah menerima perawatan di rumah dan di pusat kesehatan di Banalia.
Meningitis ditularkan di antara orang-orang melalui tetesan pernapasan atau sekresi tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Kontak yang dekat dan berkepanjangan atau tinggal dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi memudahkan penyebaran penyakit.
Baca Juga: Sesuai penyebab infeksinya, ini gejala meningitis yang bisa muncul