Sumber: South China Morning Post | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Para ahli penyakit menular Hong Kong mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan "kejam" terhadap penyebaran virus corona baru yang mematikan dari kota Wuhan, China daratan. Seruan ini dilakukan seiring adanya penelitian yang memperkirakan bahwa ada 44.000 pasien yang terinfeksi di Wuhan, jauh lebih tinggi daripada angka resmi.
Melansir South China Morning Post, Akademisi Universitas Hong Kong pada hari Senin (27/1/2020) memperkirakan bahwa jumlah pasien di Wuhan telah mencapai 43.590 pada hari Sabtu, termasuk mereka yang berada dalam tahap inkubasi virus, yang menyebabkan pneumonia.
Sementara, pihak pemerintah China telah mengatakan jumlah kasus yang dikonfirmasi di seluruh negeri hanya sekitar 2.800 pada hari Senin, dengan jumlah kematian 82 orang.
Baca Juga: Kecemasan akan virus corona merebak, harga minyak anjlok 2% lebih
Adapun Hong Kong memiliki delapan kasus infeksi yang dikonfirmasi.
Peneliti utama dan dekan fakultas kedokteran HKU Gabriel Leung mengatakan timnya memperkirakan ada 25.630 pasien yang menunjukkan gejala terinfeksi virus corona di Wuhan dan jumlah itu akan berlipat ganda dalam 6,2 hari. Perhitungan ini didapat menurut pemodelan matematika berdasarkan angka infeksi di seluruh dunia pada Sabtu.
Pejabat China daratan sebelumnya mengatakan bahwa tidak seperti sindrom pernafasan akut yang parah (Sars), virus corona baru itu menular selama masa inkubasi. Mereka yang terinfeksi virus mungkin tidak segera menunjukkan gejala apa pun.
Baca Juga: Virus corona menumbangkan Wall Street
Leung mengatakan penelitian timnya menunjukkan penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan sudah terjadi di semua kota besar China dan memperingatkan bahwa pandemi mungkin dekat.
"Kita harus siap, bahwa epidemi khusus ini mungkin akan menjadi epidemi global," katanya kepada South China Morning Post.
Tim medis Hong Kong juga memperkirakan, jumlah infeksi di lima kota besar daratan - Beijing, Shanghai, Guangzhou, Shenzhen dan Chongqing - akan memuncak antara akhir April dan awal Mei. Pada puncak epidemi, sebanyak 150.000 kasus baru akan dikonfirmasikan setiap hari di Chongqing, karena populasinya yang besar ditambah dengan volume perjalanan yang tinggi ke Wuhan.
Tetapi Leung menambahkan bahwa proyeksi mereka bisa terlalu pesimistis karena mereka hanya memperhitungkan tindakan isolasi di Wuhan dan bukan kebijakan intervensi kesehatan lainnya.
Baca Juga: Rumah Sakit Wuhan dengan 1.000 tempat tidur ditargetkan selesai pada 3 Februari 2020
Leung, yang duduk di komite penasehat Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor tentang virus corona, menyerukan langkah-langkah drastis untuk mengekang penyebaran virus.
"Langkah-langkah penting dan kejam yang membatasi mobilitas penduduk harus segera diambil," katanya. Dia menyerukan pembatalan pertemuan massal, bersama dengan penutupan sekolah dan pengaturan kerja-dari-rumah.
Baca Juga: Begini ramalan Bill Gates soal virus corona yang mengerikan
Dia juga mengatakan langkah pemerintah Hong Kong untuk menolak masuk semua penduduk Hubei, di mana Wuhan adalah ibukota provinsi, bersama dengan mereka yang telah mengunjungi provinsi itu dalam 14 hari terakhir, adalah "awal yang baik".
Akan tetapi, Leung juga meminta pemerintah untuk mengambil "satu, dua, tiga langkah lagi" dan memperluas cakupan penutupan perbatasan.
“Jadi, pertanyaannya bukan apakah atau tidak untuk melakukan lebih ... Ya, kita harus berbuat lebih banyak. Pertanyaannya sebenarnya adalah, bagaimana kita dapat memastikan bahwa itu layak, dapat dilaksanakan, dan dapat ditegakkan,” katanya kepada South China Morning Post.
Baca Juga: Jika virus corona memburuk, harga emas bisa di atas US$ 1.600
Leung menambahkan bahwa tugas pemerintah sekarang adalah mempelajari rencana praktis, seperti pengaturan impor untuk makanan dan pasokan, untuk membuat langkah-langkah lebih lanjut menjadi mungkin.
Sebelumnya, pada konferensi pers bersama dengan Lam dan pejabat kesehatan lainnya pada hari Sabtu, Leung menolak gagasan penutupan perbatasan, dengan mengatakan, “Selama 20 tahun terakhir, apakah itu flu burung, Sars atau flu babi, kami… tidak pernah menutup perbatasan.”
Baca Juga: Trump tawarkan bantuan apa pun kepada China untuk kendalikan wabah virus corona
Sementara itu, direktur jendral Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom tiba di Beijing untuk mengadakan pembicaraan dengan para pejabat pada hari Senin, tetapi badan tersebut belum menyatakan epidemi tersebut sebagai darurat kesehatan global.