Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Mencari alternatif
Pembatasan Beijing membawa urgensi tambahan bagi para pemain Barat untuk mengurangi ketergantungan mereka pada mineral dari Tiongkok.
Perusahaan tambang Perpetua Resources, misalnya, tengah mengembangkan tambang antimon di Idaho dengan pendanaan pemerintah AS.
Namun, tambang baru dapat memakan waktu bertahun-tahun untuk dikembangkan, sehingga pemain seperti Henkel harus berjuang keras mencari alternatif, yang seringkali lebih mahal.
"Harap dicatat bahwa kami terus berhubungan erat dengan para pemasok kami dan menggunakan semua cara yang wajar secara komersial untuk memanfaatkan rantai pasokan global kami guna mengatasi situasi ini dan mendukung para pelanggan kami," tulis Henkel dalam surat tersebut.
Sementara itu, sejumlah penambang dan pengolah Barat telah mulai membangun kapasitas.
United States Antimony (USAC), satu-satunya pengolah logam di Amerika Utara, membuat rencana untuk meningkatkan produksi di pabrik peleburannya di Montana, yang beroperasi pada kapasitas 50% setelah China mengumumkan pembatasan ekspor antimon pada bulan Agustus.
Tonton: Pasca Larangan Ekspor Mineral, Inilah Ragam Senjata yang Dimiliki China Lawan AS
"Keputusan kami untuk meningkatkan produksi sebagian besar dipicu oleh harga antimon Rotterdam yang naik tiga kali lipat di seluruh dunia," kata ketua perusahaan, Gary Evans.
Dia menambahkan, pembatasan China menciptakan permintaan yang jauh lebih besar untuk produk jadi mereka.
USAC, yang tidak bergantung pada Tiongkok, sedang dalam pembicaraan untuk menerima material dari empat negara lain dan satu pemasok domestik paling cepat pada bulan Desember, kata Evans. Namun dia menolak menyebutkan nama mereka karena alasan persaingan.
Tiongkok menyumbang lebih dari 70% pasokan grafit tambang alami dan varietas sintetisnya.