Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Sebagian besar perusahaan Jepang kecewa dengan rencana stimulus pemerintah sebesar US$ 1 triliun untuk mengurangi dampak ekonomi dari wabah virus corona.
Para pelaku industri mengatakan hal itu tidak cukup. Banyak juga yang mengeluh stimulus itu terlalu sedikit dan terlalu terlambat.
Baca Juga: Saat Ellen DeGeneres bertanya kepada Bill Gates soal ramalan pandemi yang mengerikan
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pekan lalu menyatakan keadaan darurat untuk Tokyo dan enam prefektur lainnya, dan meluncurkan paket stimulus ekonomi yang setara dengan 20% dari output ekonomi negara tersebut.
Paket sebesar 108 triliun yen atau setara US$ 1 triliun ini termasuk pembayaran tunai senilai lebih dari 6 triliun yen untuk rumah tangga dan perusahaan kecil dan menengah.
Survei Korporat Reuters menemukan 46% perusahaan merasa bahwa stimulus pemerintah dirasa tidak cukup dan 29% responden menganggapnya benar-benar tidak cukup.
Hal ini membuat pemerintahan Abe ada di bawah tekanan untuk melakukan top-up paket pengeluaran pada minggu lalu. Namun 5% responden mengatakan nilai itu terlalu banyak, dan hanya 21% mengatakan nilai tersebut cukup dan sudah tepat.
Baca Juga: Studi: Obat malaria yang dipuji Trump sama sekali tak bermanfaat bagi pasien corona
“Pemerintah tidak memiliki kecepatan untuk menanggapi kebutuhan pembiayaan perusahaan. Kami menginginkan langkah-langkah seperti penangguhan pembayaran pajak tanpa syarat,” tulis seorang manajer produsen alat transportasi dalam survei tersebut.
"Uang harus diarahkan kepada tiap individu, tetapi jumlahnya hanya setetes," tulis seorang manajer perusahaan lain.