Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada perdagangan Senin (25/8), namun masih kesulitan pulih dari pelemahan tajam yang dipicu oleh pernyataan dovish Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, di simposium Jackson Hole akhir pekan lalu.
Powell membuka peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan bank sentral bulan depan, seiring meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja.
Euro Dekati Level Tertinggi dalam Sebulan
Mata uang euro melemah 0,1% menjadi US$1,1701, namun masih berada dekat dengan level tertinggi Jumat (22/8) di US$1,1742, tertinggi sejak 28 Juli. Sementara itu, pound sterling dan franc Swiss juga turun sekitar 0,1% terhadap dolar.
Pelemahan dolar pada pekan lalu masih membebani pergerakan saat ini. Pasar menilai pernyataan Powell menandai kemungkinan penurunan suku bunga 25 basis poin pada September, sebagaimana diproyeksikan oleh sejumlah broker besar seperti Barclays, BNP Paribas, dan Deutsche Bank.
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Menguat 0,52% ke Rp 16.255 per Dolar AS pada Senin (25/8/2025)
Namun, Bank of America masih mempertahankan pandangan bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Meski demikian, analis bank tersebut mengakui bahwa risiko kini lebih condong ke arah pemangkasan.
“Risikonya, The Fed bisa melakukan kesalahan kebijakan dengan memangkas suku bunga justru ketika aktivitas ekonomi mulai rebound, sementara inflasi masih menuju 3%,” tulis Bank of America.
Probabilitas Pemangkasan Suku Bunga Naik Jadi 87%
Data CME FedWatch Tool menunjukkan, pelaku pasar kini menilai ada 87% peluang The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada 17 September, naik signifikan dari sekitar 70% sebelum pidato Powell.
Fokus berikutnya adalah rilis indeks inflasi pilihan The Fed, PCE deflator, pada Jumat (29/8), serta data payrolls AS untuk Agustus yang akan diumumkan sepekan kemudian.
Selain ekspektasi kebijakan moneter, pelemahan dolar juga dipengaruhi ketegangan politik. Presiden Donald Trump kembali menyerang pejabat The Fed, termasuk Gubernur Lisa Cook, yang ia ancam akan pecat terkait dugaan kepemilikan hipotek di Michigan dan Georgia. Hal ini memicu kekhawatiran pasar terhadap independensi The Fed.
Yuan Menguat, Yen Masih Tertekan
Di Asia, yuan China melonjak ke level terkuat dalam sebulan, terbantu pelemahan dolar secara luas. Sementara itu, terhadap yen Jepang, dolar menguat tipis ke 147,17, setelah sempat jatuh 1% pada Jumat lalu.
Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda mengatakan di Jackson Hole bahwa kenaikan upah mulai meluas ke luar perusahaan besar dan kemungkinan akan terus berlanjut karena pasar tenaga kerja yang ketat. Hal ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa BoJ akan kembali menaikkan suku bunga setelah sempat menunda pasca kenaikan pada Januari lalu.
Analis Lombard Odier, Homin Lee, memproyeksikan yen dapat menguat ke kisaran 140-an terhadap dolar dalam 12 bulan mendatang. Namun dalam jangka pendek, yen diperkirakan masih bergerak dalam kisaran sempit.
Baca Juga: Harga Emas Melemah dari Level Tertinggi Dua Pekan Seiring Penguatan Dolar AS
“Kami melihat peluang kenaikan suku bunga BoJ berikutnya pada Januari tahun depan, bukan Oktober. Mereka kemungkinan akan mempertahankan suku bunga riil sangat rendah di wilayah negatif hingga akhir tahun,” jelas Lee.
Saat ini, pasar memperkirakan probabilitas kenaikan suku bunga BoJ pada Oktober sekitar 50:50.
Pasar Kripto Terkoreksi
Di pasar kripto, Ethereum (ETH) anjlok hampir 4% pada Senin, setelah sempat mencetak rekor tertinggi US$4.955,14 di akhir pekan.
Sementara itu, Bitcoin (BTC) terkoreksi sekitar 1% dan diperdagangkan di level US$111.702.