Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada Jumat (4/7) pagi setelah Presiden Donald Trump berhasil meloloskan rancangan undang-undang pemotongan pajak dan belanja fiskal, serta meningkatnya tekanan pada negara-negara lain untuk segera mencapai kesepakatan dagang dengan AS.
Greenback (julukan dolar AS) bangkit dari posisi terendah dalam beberapa tahun terhadap euro dan poundsterling Inggris yang sempat terjadi awal pekan ini.
Data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan memperkecil peluang pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dalam waktu dekat, menopang penguatan dolar.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.219 Per Dolar AS di Pagi Ini (4/7)
Sementara itu, dolar Selandia Baru (kiwi) yang sering dijadikan barometer selera risiko investor naik 0,2% ke level US$ 0,608 setelah indeks saham AS menyentuh rekor tertinggi baru.
DPR AS yang dikuasai Partai Republik telah menyetujui RUU andalan Trump bertajuk "One, Big, Beautiful Bill", yakni kombinasi pemotongan pajak dan belanja yang diperkirakan akan menambah utang nasional sebesar US$ 3,4 triliun terhadap total utang saat ini yang mencapai US$ 36,2 triliun.
Dengan pasar keuangan AS tutup karena perayaan Hari Kemerdekaan (Independence Day), fokus kini tertuju pada tenggat waktu 9 Juli yang ditetapkan Trump untuk mulai memberlakukan tarif tinggi terhadap negara-negara seperti Jepang yang belum menjalin perjanjian dagang dengan Washington.
“Dinamika ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan fiskal dan stabilitas pasar obligasi,” ujar Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com.
Baca Juga: Dolar AS yang Terus Tertekan Bikin Valas Asia Bersinar
“Namun untuk saat ini, pasar masih mengabaikan risiko-risiko tersebut dan lebih fokus pada data ketenagakerjaan yang solid serta harapan akan kesepakatan dagang baru dari AS,” tambahnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, mencatat paruh pertama tahun terburuknya sejak 1973, seiring kekhawatiran pasar atas efek tarif tinggi terhadap perekonomian AS dan keamanan obligasi negara.
Trump menyatakan AS akan mulai mengirimkan surat kepada negara-negara mitra pada Jumat ini, yang berisi rincian tarif baru yang akan mereka hadapi sebuah perubahan dari janji sebelumnya untuk menandatangani kesepakatan satu per satu.
Terhadap yen Jepang, dolar diperdagangkan di level 144,69 yen, turun 0,2% dibandingkan akhir sesi perdagangan AS sebelumnya ketika sempat melonjak 0,8%.
Euro naik tipis 0,1% menjadi US$ 1,1769, sementara poundsterling juga menguat 0,1% ke US$ 1,3668.
Dolar Australia tercatat naik 0,1% menjadi US$ 0,6577 dalam perdagangan awal Asia.
Baca Juga: Dolar AS dalam Tren Pelemahan, Cermati Valas Berikut yang Masih Prospektif
Sebelumnya, laporan ketenagakerjaan dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (4/7) menunjukkan bahwa nonfarm payrolls naik sebesar 147.000 pada Juni, jauh melampaui perkiraan ekonom dalam survei Reuters yang memproyeksikan kenaikan hanya 110.000.
Probabilitas bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan Juli naik menjadi 95,3%, dari sebelumnya 76,2%, menurut alat Fedwatch milik CME Group. Sejumlah ekonom memperkirakan The Fed baru akan mulai menurunkan suku bunga paling cepat pada bulan September atau bahkan lebih lambat.