Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - TOKYO/GDANSK. Dolar AS menyentuh level terendah baru dalam dua pekan pada Rabu (22/1), seiring ketidakjelasan terkait rencana tarif Presiden Donald Trump yang terus memicu spekulasi di pasar keuangan. Ketidakpastian ini menyebabkan dolar sulit menguat terhadap mata uang utama lainnya.
Pada Selasa malam, Trump mengungkapkan bahwa pemerintahannya sedang mempertimbangkan penerapan tarif 10% atas barang-barang impor dari China mulai 1 Februari 2025.
Tanggal tersebut sebelumnya juga disebut sebagai awal kemungkinan pengenaan tarif sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada. Selain itu, Trump juga berjanji akan mengenakan bea masuk atas impor dari Eropa, meski tanpa rincian lebih lanjut.
Baca Juga: Dolar AS Sentuh Level Terendah Tahun Ini Terhadap Euro, Pasar Menunggu Pidato Powell
Namun, kurangnya langkah konkret sejak Trump pertama kali menjabat pada 2017 menyebabkan dolar memulai pekan ini dengan melemah 1,2% terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.
Pada Selasa, indeks dolar tetap stabil meski sempat mencoba pulih. Indeks yang melacak nilai dolar terhadap enam mata uang utama lainnya turun ke level terendah sejak 6 Januari, yakni 107,75, sebelum berakhir di 107,97, turun 0,15%.
"Tarif kembali menjadi sorotan setelah komentar Trump tadi malam, yang menegaskan ancaman tarif 10% terhadap China tetap ada," ujar Jim Reid dari Deutsche Bank.
Baca Juga: Dolar AS Sentuh Level Tertinggi 10 Minggu Terhadap Yen pada Kamis (10/10)
Namun, ketidakpastian jangka pendek tetap tinggi, mengingat investigasi perdagangan yang diinisiasi melalui perintah eksekutifnya masih membutuhkan waktu untuk selesai.
Pada Senin, Trump menandatangani nota perdagangan yang meminta lembaga federal menyelesaikan tinjauan atas berbagai masalah perdagangan sebelum 1 April.
Pergerakan Mata Uang
Dolar AS sempat naik 0,3% menjadi 156 yen, menguat dari level terendah satu bulan pada hari sebelumnya. Sementara itu, euro awalnya melemah 0,3% sebelum naik ke US$ 1,0457, level tertinggi sejak 30 Desember, dan terakhir berada di US$ 1,0434, naik 0,07%.
Pound sterling sempat menyentuh level tertinggi dua minggu terhadap dolar, namun akhirnya melemah ke US$ 1,2351.
Analis menilai bahwa kebijakan Trump terkait imigrasi, pajak, dan tarif dapat mendukung pertumbuhan ekonomi tetapi juga berpotensi meningkatkan inflasi. Namun, pendekatan tarif yang lebih moderat menumbuhkan harapan bahwa risiko inflasi dapat diminimalkan.
Baca Juga: Dolar AS Sentuh Level Tertinggi 2 Tahun, Ditopang Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Para trader memperkirakan Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25% pada Juli, dengan kemungkinan penurunan lebih lanjut di akhir tahun.
Dolar Kanada melemah tipis menjadi 1,4346 per dolar AS setelah pekan yang bergejolak, di mana sebelumnya sempat jatuh ke 1,4520, terendah sejak Maret 2020.
Peso Meksiko menguat sekitar 0,3% menjadi 20,547 per dolar AS, sementara yuan China stabil di 7,272 per dolar setelah mencapai level terkuat sejak 11 Desember di angka 7,2530 pada Selasa.
Baca Juga: Dolar AS Sentuh Level Terendah 8,5 Bulan terhadap Yen di Tengah Spekulasi Suku Bunga
"Tarif 10% untuk impor China jauh lebih rendah dibandingkan ancaman tarif 60% yang disebutkan Trump selama kampanye," ujar Alvin Tan, kepala strategi valuta asing Asia di RBC Capital Markets.
"Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa Trump tidak mengejar kebijakan proteksionisme ekstrem, melainkan memposisikan diri untuk negosiasi perdagangan. Dengan demikian, ini memberi peluang dolar AS untuk melemah lebih lanjut," tambah Tan.