CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.364.000   21.000   0,90%
  • USD/IDR 16.753   -4,00   -0,02%
  • IDX 8.420   13,34   0,16%
  • KOMPAS100 1.164   -0,44   -0,04%
  • LQ45 848   -0,95   -0,11%
  • ISSI 294   0,44   0,15%
  • IDX30 442   -0,63   -0,14%
  • IDXHIDIV20 514   -0,01   0,00%
  • IDX80 131   0,01   0,01%
  • IDXV30 135   -0,15   -0,11%
  • IDXQ30 142   -0,01   -0,01%

Dolar Menguat di Akhir Pekan Seiring Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Memudar


Jumat, 21 November 2025 / 07:45 WIB
Dolar Menguat di Akhir Pekan Seiring Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Memudar
ILUSTRASI. FILE PHOTO: U.S. dollar banknotes are displayed in this illustration taken, February 14, 2022. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Dolar menguat dan menuju kinerja mingguan terbaiknya dalam lebih dari sebulan pada Jumat (21/11/2025), seiring investor menilai Federal Reserve kecil kemungkinan memangkas suku bunga bulan depan.

Laporan ketenagakerjaan AS yang membingungkan tidak banyak membantu memperjelas arah kebijakan.

Yen sempat menguat pada Jumat setelah Menteri Keuangan Jepang Satsuki Katayama mengatakan intervensi menjadi opsi untuk menghadapi pergerakan mata uang yang dinilai terlalu volatil dan spekulatif, mengisyaratkan peningkatan nada ancaman dari Tokyo untuk menahan pelemahan yen.

Baca Juga: Ekspor Jepang Naik 3,6% di Oktober 2025, Seiring Meredanya Penurunan Penjualan di AS

Laporan nonfarm payrolls AS yang tertunda dan dirilis Kamis menunjukkan gambaran campuran: pertumbuhan lapangan kerja meningkat pada September, namun tingkat pengangguran naik ke 4,4%, level tertinggi dalam empat tahun.

Data tersebut memperkuat pandangan bahwa The Fed kemungkinan menahan suku bunga pada pertemuan Desember, ketika pembuat kebijakan masih harus menavigasi ketidakpastian ekonomi akibat penutupan pemerintahan AS.

Euro tertekan di dekat level terendah dua minggu terhadap dolar dan terakhir diperdagangkan di US$1,1528, menuju penurunan mingguan 0,8%.

Poundsterling naik tipis 0,11% ke US$1,3084, namun tetap bersiap mencatat pelemahan 0,7% untuk minggu ini, sementara investor menunggu pengumuman anggaran Inggris yang menjadi ujian besar bagi pasar mata uang dan obligasi negara itu.

Indeks dolar mendekati puncak 5,5 bulan dan berada di 100,20, menuju kenaikan mingguan 0,9%, terbaik dalam lebih dari sebulan.

“Laporan pekerjaan September yang tertunda karena shutdown tidak memberikan kejelasan tentang apa yang akan dilakukan FOMC pada pertemuan Desember," tulis ekonom Wells Fargo dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Deal Damai Baru Bocor: Ukraina Dipaksa Menyerah Wilayah ke Rusia?

“Kami masih melihat The Fed seharusnya memangkas suku bunga acuan 25 bps… Namun apa yang akan dilakukan The Fed adalah perdebatan yang berbeda,” ujar mereka, seraya menambahkan bahwa keputusan pemangkasan pada Desember adalah “sangat ketat” dan keputusan menahan suku bunga “tidak akan mengejutkan.”

Pasar kini memperkirakan hanya 27% kemungkinan The Fed memangkas suku bunga bulan depan.

Di mata uang lain, dolar Australia naik tipis 0.09% ke US$0,6446 setelah turun 0,6% sehari sebelumnya akibat sentimen risk-off. Dolar Selandia Baru menguat 0,11% ke US$0,5588, setelah turun 0,4% pada Kamis.

Yen Merosot Dalam, Risiko Intervensi Meningkat

Fokus utama pasar valuta asing pekan ini tertuju pada pelemahan yen yang kembali mencetak level terendah baru, di tengah kekhawatiran atas memburuknya posisi fiskal Jepang akibat paket stimulus besar Perdana Menteri Sanae Takaichi.

Kabinet berencana menyetujui paket senilai sekitar 21,3 triliun yen (US$135,29 miliar) pada Jumat.

Baca Juga: Ekonomi Tumbuh 4,2% di Kuartal III-2025, Singapura Kerek Proyeksi Ekonomi di 2025

“Akar masalahnya adalah politisi membuat janji yang tidak sesuai realita ekonomi,” kata James Athey, manajer portofolio fixed income di Marlborough, London, menyinggung aksi jual tajam obligasi dan yen pekan ini.

Yen berada di dekat posisi terlemah dalam 10 bulan pada 157,33 per dolar, setelah menyentuh 157,90 sehari sebelumnya.

Mata uang itu menuju pelemahan hampir 2% untuk minggu ini—terburuk dalam lebih dari sebulan.

“Gajah dalam ruangan sekarang adalah meningkatnya risiko intervensi,” kata Vishnu Varathan, Kepala Riset Makro Asia ex-Japan di Mizuho.

“Intervensi cenderung oportunistik dan berumur pendek, lebih sebagai ‘speed bump’ daripada penghalang permanen.”

Tokyo terakhir kali menghabiskan 5,53 triliun yen, atau hampir US$37 miliar, pada Juli 2024 untuk menarik yen dari posisi terlemah dalam 38 tahun.

Sementara itu, data Jumat menunjukkan inflasi inti konsumen Jepang naik 3,0% pada Oktober secara tahunan, tetap berada di atas target 2% Bank of Japan dan menjaga ekspektasi kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.

Selanjutnya: Ekspor Jepang Naik 3,6% di Oktober 2025, Seiring Meredanya Penurunan Penjualan di AS

Menarik Dibaca: Populer, 4 Film Studio A24 Ini Ternyata Garapan Sutradara Asia Semua


Video Terkait



TERBARU

[X]
×