Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Nina Dwiantika
KONTAN.CO.ID - LONDON. Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam cadangan devisa global kembali mencatat penurunan tipis. Data International Monetary Fund (IMF) menunjukkan, pangsa dolar AS turun menjadi 56,92% pada kuartal III 2025, dari posisi 57,08% pada kuartal sebelumnya. Meski penurunannya relatif kecil, tren ini menegaskan bahwa dominasi dolar di sistem moneter global perlahan terus tergerus.
Sebaliknya, mata uang euro justru menunjukkan penguatan posisi. IMF mencatat porsi cadangan devisa global dalam denominasi euro naik menjadi 20,33% pada kuartal III 2025, dari 20,24% pada kuartal sebelumnya. Kenaikan ini menandakan masih kuatnya peran euro sebagai mata uang cadangan utama kedua dunia, sekaligus alternatif bagi bank sentral dalam melakukan diversifikasi aset.
Data tersebut tertuang dalam laporan Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserves (COFER) yang dirilis IMF. Laporan ini juga menunjukkan bahwa pergerakan komposisi cadangan devisa global pada kuartal III cenderung lebih stabil dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pada kuartal II 2025, pasar valuta asing global sempat mengalami gejolak cukup besar. Volatilitas tersebut dipicu oleh pengumuman kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump yang mengguncang sentimen pasar dan menekan nilai tukar dolar AS. Dampaknya, terjadi perubahan signifikan dalam nilai dan komposisi cadangan devisa global yang dikelola oleh bank sentral berbagai negara.
Memasuki kuartal III, situasi pasar mulai mereda. Fluktuasi nilai tukar masih terjadi, namun tidak sedrastis periode sebelumnya. Kondisi ini tercermin dari perubahan porsi dolar AS dan euro yang relatif terbatas, menandakan adanya stabilisasi di pasar keuangan global.
Selain euro, yen Jepang juga mencatat peningkatan peran. Porsi yen dalam cadangan devisa global naik menjadi 5,82% pada kuartal III 2025, dari 5,65% pada kuartal II. Kenaikan ini mengindikasikan meningkatnya minat bank sentral untuk menempatkan sebagian cadangannya pada aset safe haven, seiring ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global yang masih berlanjut.
Baca Juga: Kredit Lesu, Bank Sentral China Hapus Kredit Macet Sektor Rumah Tangga
Diversifikasi Cadev
Analis Goldman Sachs menilai, pergerakan tersebut menunjukkan bahwa pengelola cadangan devisa global secara aktif menyesuaikan portofolionya dengan dinamika pasar valuta asing. Menurut mereka, penyesuaian nilai tukar berperan besar dalam perubahan komposisi cadangan, terutama setelah fluktuasi tajam yang terjadi pada kuartal II.
Goldman Sachs mencatat, bahwa kuartal III 2025 menjadi periode konsolidasi, di mana cadangan devisa yang dilaporkan IMF menunjukkan stabilisasi, dengan hanya pergeseran kecil pada porsi dolar AS dan euro. Hal ini kontras dengan lonjakan dan penurunan tajam yang terjadi pada kuartal sebelumnya.
Perubahan komposisi cadangan devisa sepanjang tahun ini kembali memunculkan perdebatan lama mengenai masa depan dolar AS sebagai mata uang cadangan utama dunia. Sejumlah analis melihat adanya tanda-tanda awal de-dolarisasi, yakni upaya negara-negara untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi internasional maupun pengelolaan cadangan devisa.
Kendati demikian, sebagian besar pelaku pasar dan ekonom sepakat bahwa proses de-dolarisasi, jika benar-benar terjadi, akan berlangsung sangat lambat. Hingga kini, dolar AS masih menjadi tulang punggung sistem moneter global, didukung oleh kedalaman pasar keuangan AS, likuiditas tinggi, serta peran sentralnya dalam perdagangan dan keuangan internasional.
Baca Juga: Penjualan Mobil Baru di Eropa Naik Lima Bulan Berturut-turut Didorong Kenaikan EV













