Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Rusia diprediksi akan segera kehilangan dominasinya dalam penguasaan pasokan gas Eropa sebagai akibat dari invasi yang mereka lakukan ke Ukraina selama dua tahun terakhir.
Pasokan gas Rusia ke Eropa memang sangat dominan, terutama melalui jalur Ukraina yang mengalir selama beberapa dekade.
Penutupan rute gas tertua Rusia ke Eropa mengakhiri hubungan tegang selama satu dekade, dipicu oleh pencaplokan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Baca Juga: 10 Negara Pengekspor Batu Bara Terbesar di Dunia
Sebagai bentuk solidaritas, Uni Eropa kini berupaya mengurangi ketergantungan pada energi Rusia setelah pecahnya perang di Ukraina pada tahun 2022 dengan mencari sumber alternatif.
Gas alam cair (LNG) dari Qatar dan Amerika Serikat telah menjadi alternatif bagi Uni Eropa, dengan pasokan dikirim melalui pipa berasal dari Norwegia.
Rusia mengirimkan sekitar 15 miliar meter kubik (bcm) gas melalui Ukraina pada tahun 2023, turun dari 65 bcm ketika kontrak lima tahun terakhir dimulai pada tahun 2020.
Tonton: Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia Periode Desember 2024
Baca Juga: 10 Negara Ini Memiliki Cadangan Emas Terbesar di Dunia
Melemahnya Kinerja Gazprom
Tanda-tanda menurunnya dominasi gas Rusia di Eropa semakin terlihat jelas tahun lalu, ketika eksportir gas milik negara Rusia, Gazprom, membukukan kerugian sebesar US$7 miliar.
Catatan itu merupakan kerugian pertamanya sejak 1999, meskipun ada upaya untuk meningkatkan ekspor ke pembeli baru, yaitu China.
Pembeli gas Rusia yang tersisa melalui Ukraina seperti Slovakia dan Austria juga telah mencari pasokan alternatif.
Mengutip Reuters, Kementerian Energi Austria pada hari Selasa (31/12) mengatakan bahwa pasikan untuk konsumen telah terjamin karena negara telah mendapatkan sumber baru dari Italia dan Jerman.
Baca Juga: 10 Orang Terkaya di Industri Logam dan Pertambangan
Sejalan dengan itu, Slovakia juga telah mendapatkan sumber baru, meskipun menghadapi biaya tambahan sebesar 177 juta euro atau sekitar US$184 juta karena harus mengambilnya melalui rute alternatif.
Rusia dan Ukraina butuh waktu setengah abad untuk membangun pangsa utama pasar gas Eropa, yang pada puncaknya mencapai sekitar 35%. Perang Ukraina telah menghancurkan bisnis Gazprom.
Ukraina sekarang menghadapi kerugian sekitar US$800 juta per tahun dalam biaya transit dari Rusia, sementara Gazprom akan kehilangan hampir US$5 miliar dalam penjualan gas.