Sumber: BBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
"Seperti banyak siswa internasional lainnya, saya pulang ke India tepat sebelum negara terkunci. Semuanya telah online sejak saat itu. Saya akhirnya memesan tiket saya minggu lalu untuk kembali ke AS. Saat saya bangun, muncul aturan ini pada hari berikutnya. Saya sangat cemas. Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali," ceritanya kepada BBC.
"Saya benar-benar takut karena perintah yang membingungkan ini saya dapat dideportasi kembali ketika saya tiba di AS. Penerbangan saya dalam 10 hari, yang membuat masalah ini semakin mendesak bagi saya. Tapi tidak ada kejelasan. Semua orang bergulat dengan begitu banyak pertanyaan pada saat ini. Jika universitas Anda akan online, Anda harus kembali ke negara Anda dan jika itu adalah hibrida [baik online maupun secara langsung] Anda harus kembali ke AS. Keseluruhan konsep pilihan pribadi telah dihapus dan kita benar-benar dipaksa untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin kita lakukan," katanya.
Baca Juga: Trump mau 'deportasi' mahasiswa asing, universitas AS bingung tujuh keliling
Mengingatkan saja, Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) mengeluarkan pengumuman yang mengejutkan. Yakni, mahasiswa asing terpaksa harus meninggalkan Amerika Serikat jika kelas di kampus mereka pada musim gugur ini mengajarkan mata kuliah secara online sepenuhnya atau transfer ke sekolah lain dengan instruksi langsung.
Melansir Reuters, belum jelas berapa banyak pemegang visa pelajar yang akan terpengaruh oleh kebijakan ini. Akan tetapi, pelajar asing adalah sumber pendapatan utama bagi banyak universitas AS karena mereka rutin membayar uang kuliah penuh.
Baca Juga: Kasus corona tembus 3 juta, Trump tetap 'memaksa' sekolah di AS dibuka kembali
Menurut pengumuman tersebut, ICE mengatakan, tidak akan mengizinkan pemegang visa pelajar untuk tetap di negara itu jika sekolah mereka sepenuhnya online untuk musim gugur. Siswa-siswa itu harus pindah atau meninggalkan negara itu, atau mereka berpotensi menghadapi proses deportasi.