kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Donald Trump bikin mahasiswa asing di Amerika cemas akan masa depan


Jumat, 10 Juli 2020 / 07:20 WIB
Donald Trump bikin mahasiswa asing di Amerika cemas akan masa depan
ILUSTRASI. Ilustrasi Columbia University di Amerika. Sumber foto : columbia.edu


Sumber: BBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Penyebaran virus corona telah menyebabkan perubahan besar bagi pendidikan tinggi di seluruh dunia. Banyak institusi pendidikan yang akhirnya menerapkan kuliah virtual sebagai cara untuk memungkinkan siswa melanjutkan belajar.

Namun, melansir BBC, pemerintahan Donald Trump mengumumkan bahwa siswa internasional yang sistem belajarnya dilakukan secara online sepenuhnya pada musim gugur ini dapat menghadapi pencabutan visa mereka.

Seorang penasihat di imigrasi AS mengatakan jika para siswa tidak beralih ke metode kuliah tatap muka, mereka dapat dideportasi.

Baca Juga: Trump usir mahasiswa asing, KBRI Washington: Mahasiswa Indonesia di AS harap tenang

Keputusan itu telah menimbulkan ketidakpastian dan ketakutan bagi ratusan ribu siswa internasional yang mengandalkan visa pelajar di AS.

"Saya sangat terkejut ketika pengumuman itu keluar. Tiba-tiba saja. Sekolah kami akan pindah ke mode online lengkap setelah Thanksgiving," jelasnya. Dia khawatir tentang dampak perubahan ini pada status visanya. Banyak teman saya berpikir bahwa mereka bisa mengambil kelas online untuk musim gugur dan sudah kembali ke rumah. Bagi mereka yang masih di sini, kami terus mengawasi harga tiket pesawat," jelas Qinyuhui Chen, mahasiswa asal China yang mengambil jurusan psychology dan fine art di Penn State University kepada BBC.

"Saya pikir itu tidak praktis bagi kita untuk bolak-balik antara negara asal kita dan AS. Saya sangat berharap bahwa sekolah mungkin akan memberi kami satu kelas tatap muka setelah Thanksgiving sehingga kami tetap bisa tinggal di AS," tambahnya.

Baca Juga: Mahasiswa Indonesia di Jerman Dapat Tunjangan Corona, Persyaratannya Banyak

Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh Tanisha Mittal, 22 tahun, mahasiswa asing dari Mumbai India yang tengah mengambil pendidikan master di fakultas kesehatan manajemen dan kebijakan di University of Michigan.

"Seperti banyak siswa internasional lainnya, saya pulang ke India tepat sebelum negara terkunci. Semuanya telah online sejak saat itu. Saya akhirnya memesan tiket saya minggu lalu untuk kembali ke AS. Saat saya bangun, muncul aturan ini pada hari berikutnya. Saya sangat cemas. Saya tidak yakin apakah saya bisa kembali," ceritanya kepada BBC.

"Saya benar-benar takut karena perintah yang membingungkan ini saya dapat dideportasi kembali ketika saya tiba di AS. Penerbangan saya dalam 10 hari, yang membuat masalah ini semakin mendesak bagi saya. Tapi tidak ada kejelasan. Semua orang bergulat dengan begitu banyak pertanyaan pada saat ini. Jika universitas Anda akan online, Anda harus kembali ke negara Anda dan jika itu adalah hibrida [baik online maupun secara langsung] Anda harus kembali ke AS. Keseluruhan konsep pilihan pribadi telah dihapus dan kita benar-benar dipaksa untuk melakukan sesuatu yang mungkin tidak ingin kita lakukan," katanya.

Baca Juga: Trump mau 'deportasi' mahasiswa asing, universitas AS bingung tujuh keliling

Mengingatkan saja, Badan Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) mengeluarkan pengumuman yang mengejutkan. Yakni, mahasiswa asing terpaksa harus meninggalkan Amerika Serikat jika kelas di kampus mereka pada musim gugur ini mengajarkan mata kuliah secara online sepenuhnya atau transfer ke sekolah lain dengan instruksi langsung.

Melansir Reuters, belum jelas berapa banyak pemegang visa pelajar yang akan terpengaruh oleh kebijakan ini. Akan tetapi, pelajar asing adalah sumber pendapatan utama bagi banyak universitas AS karena mereka rutin membayar uang kuliah penuh.

Baca Juga: Kasus corona tembus 3 juta, Trump tetap 'memaksa' sekolah di AS dibuka kembali

Menurut pengumuman tersebut, ICE mengatakan, tidak akan mengizinkan pemegang visa pelajar untuk tetap di negara itu jika sekolah mereka sepenuhnya online untuk musim gugur. Siswa-siswa itu harus pindah atau meninggalkan negara itu, atau mereka berpotensi menghadapi proses deportasi.

Perguruan tinggi dan universitas telah mulai mengumumkan rencana pembelajaran untuk semester musim gugur 2020 di tengah pandemi virus corona yang berkelanjutan. Universitas Harvard pada hari Senin mengumumkan akan melakukan pengajaran kursus online untuk tahun akademik 2020-2021.

Panduan ICE berlaku untuk pemegang visa F-1 dan M-1, yang diperuntukkan bagi siswa akademik dan kejuruan. Departemen Luar Negeri mengeluarkan 388.839 F visa dan 9.518 M visa pada tahun 2019, menurut data agensi.

Baca Juga: Hore, Gubernur Anies kasih bantuan pulsa 100.000 untuk setiap anak TK

Kebijakan ini tidak memengaruhi siswa yang mengambil kelas secara langsung. Ini juga tidak mempengaruhi siswa F-1 yang mengambil sebagian kursus online, selama universitas mereka menyatakan instruksi siswa tidak sepenuhnya digital. Siswa program kejuruan M-1 dan mahasiswa program pelatihan bahasa Inggris F-1 tidak akan diizinkan mengikuti kelas apa pun secara online.




TERBARU

[X]
×