Sumber: CNN | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Dalam pidato kenegaraannya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump berusaha meyakinkan publik bahwa pemerintahannya telah berhasil mencatatkan kemajuan di bidang ekonomi. Di antaranya soal pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan sektor energi. Apa klaim yang diajukan Trump benar adanya?
Dilansir dari CNN, salah satu klaim Trump adalah melesatnya pertumbuhan ekonomi negara adidaya tersebut. "Hanya dalam dua tahun sejak pemilihan, kami telah mendorong ledakan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah ledakan yang jarang terlihat," ujar Trump dalam pidatonya.
Trump memang dinilai punya kredit dalam geliat ekonomi Amerika Serikat. Namun perannya dinilai tidak terlalu besar. Perekonomian AS memang tumbuh 4,2% pada kuartal kedua tahun 2018. Sebagian di antaranya didorong oleh lonjakan pengeluaran pertahanan oleh pemerintah, serta pemotongan pajak perusahaan untuk memancing investasi.
Namun pada kuartal ketiga tahun lalu, pertumbuhan ekonomi kemudian melambat ke level 3,4%. Sejumlah ekonom juga memperkirakan perlambatan akan berlanjut pada tahun ini karena efek dari stimulus fiskal yang mulai berkurang dan pelaku bisnis serta konsumen dihadapkan pada suku bunga yang lebih tinggi.
Selain itu Trump juga mengklaim keberhasilan mendorong lapangan pekerjaan. Namun sejumlah pengamat justru menilai hal tersebut lebih berupa warisan dari pemerintahan sebelumnya. Termasuk upaya konsisten dari presiden AS sebelum Trump dalam membuka lapangan pekerjaan pasca resesi besar.
Dalam pidatonya, Trump mengklaim pemerintahannya telah mampu menyerap 5,3 juta tenaga kerja baru. Namun data dari Biro Statistik Tenaga Kerja justru menyebut hanya 4,87 juta pekerjaan yang bisa didatangkan Trump sejauh ini.
Trump juga menyebut tingkat upah tenaga kerja AS telah meningkat hingga 3,5% sejak 2017. Namun angka tersebut dinilai tak tepat. Selain itu kenaikan upah juga dinilai sebagai domain dari pemerintahan di tiap negara bagian, sehingga Trump sebenarnya tidak punya andil besar terkait hal tersebut.
Di sisi lain, Trump juga mengklaim keberhasilannya di bidang energi. "Kami telah meluncurkan revolusi dalam energi Amerika. Amerika Serikat saat ini adalah produsen minyak dan gas alam nomor satu di dunia," klaim Trump.
Hal tersebut memang benar adanya. Namun perlu dicermati dengan lebih seksama.
Menurut lembaga infromasi energi AS, negara tersebut menjadi produsen minyak mentah terbesar di dunia pada Agustus 2018 ketika melampaui Rusia untuk pertama kalinya sejak 1999 dalam hal total produksi minyak mentah harian.
Amerika juga sempat melampaui produksi minyak mentah Arab Saudi untuk pertama kalinya sejak 1973. Sementara soal gas alam, negeri Paman Sam telah menjadi produsen terbesar di muka bumi sejak 2011.
Peningkatan produksi minyak dan gas AS sendiri sebagian besar disebabkan oleh kemajuan teknologi yang memungkinkan pengeboran cadangan migas yang lebih dalam.
Sementara itu, produksi migas sempat merosot pada tahun 2015 hingga 2016 sebagai akibat dari kelebihan produksi dan jatuhnya harga minyak. Namun kondisi ini pulih dengan cepat begitu pasokan stabil dan harga mulai membaik, tepat saat Trump mulai berkuasa.
Pemerintahan Trump sering kali menggembar-gemborkan langkahnya untuk melonggarkan aturan era Barack Obama tentang produksi migas seperti membatasi pembakaran metana dari situs-situs fracking.