Sumber: Newsweek | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam wawancara terbarunya dengan NBC, Presiden Donald Trump meredam spekulasi mengenai kemungkinan dirinya mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga pada tahun 2028.
Meskipun pernyataannya terdengar menenangkan, diskusi mengenai isu ini telah memicu perdebatan luas di kalangan politisi, akademisi, dan masyarakat umum. Artikel ini mengulas secara menyeluruh konteks konstitusional, reaksi publik, serta kemungkinan manuver politik di balik narasi masa jabatan ketiga yang kontroversial.
Pernyataan Trump: Fokus pada Dua Masa Jabatan, Tapi Tetap Menyisakan Ruang Tafsir
Dalam wawancara bersama Kristen Welker dari NBC, Trump menegaskan: "Saya akan menjadi presiden selama delapan tahun, dua periode. Saya selalu menganggap itu sangat penting."
Namun, ketika ditanya mengenai penjualan merchandise bertuliskan “Trump 2028,” ia menjawab: "Ada banyak orang yang menjual topi 2028, tapi ini bukan sesuatu yang saya rencanakan. Saya ingin menjalani empat tahun yang hebat dan menyerahkannya kepada seseorang yang hebat dari Partai Republik."
Baca Juga: Trump Berulah! Postingan Gambar AI Dirinya sebagai Paus Lukai Umat Katolik
Meskipun jawaban ini tampak meredakan ketegangan, komentar-komentar Trump sebelumnya pada bulan Maret justru membuka spekulasi, ketika ia mengatakan: "Saya tidak bercanda tentang masa jabatan ketiga. Ada cara untuk mewujudkannya."
Pernyataan tersebut memicu diskursus serius mengenai kemungkinan Trump dan timnya mencoba mencari celah hukum untuk menentang Amandemen ke-22 Konstitusi AS.
Batasan Konstitusi: Amandemen ke-22 dan Implikasi Hukum
Amandemen ke-22 Konstitusi Amerika Serikat dengan tegas menyatakan: "Tidak seorang pun boleh terpilih sebagai Presiden lebih dari dua kali..."
Untuk mengubah ketentuan ini, diperlukan:
-
Persetujuan 2/3 anggota DPR dan Senat, serta
-
Ratifikasi dari 38 dari 50 negara bagian.
Dalam iklim politik saat ini yang sangat terpolarisasi, peluang amandemen ini disahkan sangat kecil. Oleh karena itu, pencalonan Trump untuk masa jabatan ketiga secara legal sangat tidak mungkin, kecuali terjadi perubahan konstitusional besar-besaran.
Baca Juga: Krisis Tisu Toilet Ancam Amerika Serikat Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump
Opini Publik: Polarisasi Tajam terhadap Gagasan Masa Jabatan Ketiga
Hasil survei dari Public Religion Research Institute menunjukkan ketegangan dalam persepsi publik:
-
52% melihat Trump sebagai “diktator berbahaya yang kekuasaannya harus dibatasi”
-
44% memandangnya sebagai “pemimpin kuat yang perlu diberi kekuasaan untuk memulihkan kejayaan Amerika”
Sentimen ini menunjukkan bahwa wacana masa jabatan ketiga bukan sekadar spekulasi politik—ia menyentuh kekhawatiran mendalam terkait kelangsungan demokrasi konstitusional di Amerika.
Suksesi Kekuasaan: Isyarat Menuju Calon Penerus dari Internal Partai Republik
Trump belum menyebutkan nama penerus spesifik, namun memberikan pujian tinggi kepada beberapa tokoh:
-
Wakil Presiden JD Vance disebut sebagai "pria luar biasa dan brilian"
-
Menteri Luar Negeri Marco Rubio disebut sebagai "sosok hebat"
Trump menyatakan bahwa posisi Wapres secara alami memberikan keuntungan dalam suksesi, memperkuat spekulasi bahwa ia sedang membangun jalur kekuasaan internal dalam Partai Republik.
Peran Steve Bannon dan Narasi Alternatif Kekuasaan
Mantan penasihat Trump, Steve Bannon, dalam pernyataan kontroversialnya menyatakan: "Kami memiliki banyak alternatif untuk memastikan Donald Trump tetap menjadi Presiden pada Januari 2029. Dan kami akan mengungkapkannya secara bertahap."
Pernyataan ini memantik kekhawatiran akan munculnya skenario di luar jalur demokratis, yang berpotensi mencederai prinsip transisi kekuasaan secara damai.
Baca Juga: Pengusaha Hong Kong Jadi Korban Salah Identitas dalam Daftar Hitam Perdagangan AS
Perdagangan Merchandise “Trump 2028”: Simbol atau Strategi?
Penjualan topi “Trump 2028” oleh toko resmi kampanye telah menimbulkan banyak tanda tanya. Apakah ini hanya alat pemasaran? Ataukah ini bagian dari pengujian pasar atas respons terhadap narasi masa jabatan ketiga?
Platform prediksi Polymarket mencatat kemungkinan sebesar 8% bahwa Trump benar-benar akan mengumumkan pencalonan masa jabatan ketiga.