Sumber: Finbold News | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perlombaan menuju klub US$2 triliun di pasar saham global kini semakin cepat. Hanya segelintir perusahaan yang pernah menembus valuasi sebesar itu, menjadikannya simbol kekuatan pasar jangka panjang dan kepercayaan investor.
Saat ini, dua emiten besar tengah mendekati tonggak bersejarah tersebut, didorong oleh tren struktural besar di bidang kecerdasan buatan (AI) dan elektrifikasi: Broadcom dan Tesla.
Broadcom (NASDAQ: AVGO)
Perusahaan semikonduktor Broadcom Inc. (NASDAQ: AVGO) kini memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$1,745 triliun, sehingga hanya membutuhkan tambahan sekitar US$255 miliar untuk menembus angka US$2 triliun.
Kinerja Broadcom didorong oleh lonjakan permintaan infrastruktur AI, termasuk kesepakatan besar dengan OpenAI untuk mengembangkan dan menerapkan akselerator khusus yang mampu menyediakan 10 gigawatt kapasitas komputasi AI pada akhir 2026.
Baca Juga: Dari Wall Street ke Asia: Gejolak Bank AS Picu Aksi Jual, Emas Jadi Raja Lagi
Investor juga menaruh optimisme pada ekspansi Broadcom di segmen pusat data dan jaringan, mencakup teknologi Ethernet generasi terbaru serta solusi berbandwidth tinggi yang dirancang untuk kluster AI berskala besar (hyperscale).
Dari sisi fundamental, momentum pertumbuhan Broadcom juga tercermin dalam laporan keuangan terbarunya. Pada kuartal terakhir, perusahaan mencatat pendapatan sekitar US$16 miliar dengan pertumbuhan laba tahunan yang kuat, didukung permintaan tinggi atas perangkat jaringan AI dan chip silikon khusus.
Saham AVGO terus menunjukkan performa impresif sepanjang 2025, naik hampir 60% dan diperdagangkan di level US$369,63 pada saat penulisan.
Tesla (NASDAQ: TSLA)
Sementara itu, Tesla Inc. (NASDAQ: TSLA) juga memperlihatkan momentum positif setelah merilis laporan keuangan kuartal ketiga yang solid. Pada penutupan perdagangan terakhir, saham Tesla berada di US$456, naik 13% sejak awal tahun (year-to-date).
Dengan harga tersebut, Tesla memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$1,518 triliun, menyisakan selisih sekitar US$482 miliar untuk mencapai klub US$2 triliun.
Meski menghadapi kompetisi yang semakin ketat di pasar kendaraan listrik (EV), strategi Tesla untuk meningkatkan keterjangkauan harga, termasuk versi terbaru Model 3 dan Model Y dengan harga lebih rendah, berhasil menghidupkan kembali permintaan dan memperkuat posisi perusahaan di segmen volume.
Baca Juga: Bursa Asia Tertekan Imbas Perang Dagang, Saham Berjangka Wall Street Rebound
Pendapatan Tesla juga terus tumbuh. Perusahaan baru-baru ini melaporkan penjualan kuartalan di atas US$28 miliar, didorong oleh peningkatan pengiriman dan permintaan yang kuat di pasar utama.
Faktor opsionalitas masa depan masih menjadi pilar utama dalam pandangan optimistis terhadap Tesla. Bidang self-driving (mengemudi otonom), robotika, dan penyimpanan energi berskala besar (grid-scale) berpotensi menjadi vertikal bisnis bernilai miliaran dolar di masa depan.
Meski menghadapi tekanan margin akibat kenaikan biaya operasional dan menurunnya pendapatan dari kredit regulasi, kemampuan Tesla untuk meningkatkan skala produksi, mengembangkan pendapatan berbasis perangkat lunak, serta memperluas portofolio produk, memperkuat keyakinan bahwa perusahaan ini dapat menutup kesenjangan menuju valuasi US$2 triliun lebih cepat dari perkiraan pasar.













