Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Bursa saham Asia kembali bergejolak pada Senin (13/10/2025) setelah ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memicu aksi jual di bursa dengan valuasi yang sudah tinggi.
Meski begitu, tanda-tanda stabilisasi mulai terlihat seiring penguatan saham berjangka Wall Street.
Perdagangan awal berlangsung fluktuatif karena libur di Jepang dan AS, sementara ketidakpastian politik di Jepang dan Eropa ikut membayangi sentimen pasar.
Ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump kembali melontarkan ancaman tarif hingga 100% terhadap produk Tiongkok mulai 1 November.
Baca Juga: Bursa Asia Pasifik Pagi Ini Menguat Usai Reli Wall Street Terhenti, Rabu (21/5)
Namun, sikap Trump sedikit melunak saat akhir pekan dengan menyebut bahwa Washington “tidak ingin menyakiti” China dan yakin situasi akan membaik.
Dari Beijing, pemerintah membela kebijakan pembatasan ekspor logam tanah jarang sebagai respons terhadap tekanan AS. Meski begitu, China belum memberlakukan tarif baru pada produk asal Amerika.
“Kami memperkirakan akan ada perpanjangan jeda tarif setelah 10 November, disertai sejumlah konsesi terbatas dari kedua pihak,” tulis Kepala Ekonom Goldman Sachs, Jan Hatzius, dalam risetnya.
Ia menilai dinamika terbaru menunjukkan peluang kompromi lebih besar, meski risiko pembatasan ekspor dan tarif tambahan tetap mengintai.
Baca Juga: Bursa Asia Pasifik Dibuka Menguat Mengikuti Penguatan Wall Street, Jumat (12/9)
Sementara itu, perhatian global juga tertuju pada pertemuan sejumlah pemimpin dunia di Mesir yang akan membahas upaya gencatan senjata di Gaza.
Di Jepang, pasar menghadapi tekanan tambahan setelah muncul keraguan terhadap kenaikan Sanae Takaichi sebagai perdana menteri baru dari Partai Demokrat Liberal (LDP).
Ketidakpastian ini memicu penguatan tajam yen dan mendorong penurunan 5% pada indeks berjangka Nikkei pada akhir pekan lalu.
Pada perdagangan Senin, indeks berjangka Nikkei sempat naik 1,5% ke level 46.770, namun masih di bawah posisi penutupan tunai di 48.088. Saham Korea Selatan turun 1,3%, Australia melemah 0,6%, dan indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang terkoreksi 1,6%.
Baca Juga: Bursa Asia Pasifik Bergerak Bervariasi Usai Proyeksi Pertumbuhan Bank Dunia
Saham unggulan China juga ikut melemah 1,3%, meski sektor logam tanah jarang dan semikonduktor justru menguat berkat data perdagangan yang solid. Ekspor Tiongkok tumbuh 8,3%, hampir dua kali lipat dari perkiraan, sementara impor melonjak signifikan.
Wall Street dan Ekspektasi The Fed
Dari Amerika Serikat, bursa berjangka Wall Street menunjukkan pemulihan. Indeks S&P 500 naik 1,3% dan Nasdaq melonjak 1,8%.
Investor kini menanti musim laporan keuangan kuartal ketiga yang akan dimulai pekan ini dengan deretan bank besar seperti JPMorgan, Goldman Sachs, Wells Fargo, dan Citigroup.
Menurut data LSEG IBES, laba emiten S&P 500 diperkirakan tumbuh 8,8% dibanding tahun sebelumnya. Kinerja kuat menjadi kunci untuk menopang valuasi pasar yang dinilai sudah tinggi.
Di Eropa, situasi politik juga dinamis. Presiden Prancis Emmanuel Macron menunjuk kembali Roland Lescure sebagai menteri keuangan dalam kabinet baru yang dipimpin Perdana Menteri Sebastien Lecornu.
Baca Juga: Wall Street Anjlok karena Kekhawatiran Meningkat atas Utang Pemerintah AS
Kabinet ini terbentuk di tengah parlemen yang terpecah dan tantangan berat mengesahkan anggaran 2026.
Kontrak berjangka Eurostoxx 50 naik 0,4%, DAX Jerman menguat 0,5%, dan FTSE Inggris naik tipis 0,1%.
Di pasar valuta asing, dolar AS menguat 0,5% ke level 151,98 yen setelah sebelumnya sempat merosot tajam. Euro stabil di posisi US$1,1617, sementara dolar sedikit menguat terhadap franc Swiss.
Di pasar obligasi, kontrak berjangka Treasury AS melemah tipis karena sentimen yang mulai membaik. Imbal hasil tetap rendah seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve.
Kontrak berjangka menunjukkan peluang 98% The Fed memangkas suku bunga seperempat poin pada akhir Oktober, dengan kemungkinan langkah lanjutan di Desember.
Baca Juga: Bursa Asia Menguat pada Rabu (23/7) Pagi, Didukung Kesepakatan Dagang AS-Jepang
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara di forum ekonomi NABE pada Selasa untuk memberikan pandangan soal arah kebijakan ke depan. Sejumlah pejabat bank sentral dunia juga akan hadir dalam pertemuan IMF dan Bank Dunia di Washington pekan ini.
Di pasar komoditas, harga emas terus naik 0,8% ke US$4.049 per ons, melampaui rekor pekan lalu sebagai bentuk perlindungan terhadap ketidakpastian global. Harga minyak juga menguat di tengah harapan tercapainya kompromi dagang antara AS dan China.
Brent naik 1,6% menjadi US$63,74 per barel, sementara minyak mentah AS menanjak 1,6% ke US$59,88 per barel.