Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Dua kapal tanker minyak bertabrakan dan terbakar pada Selasa (17/6) di dekat Selat Hormuz, jalur pelayaran strategis yang menjadi titik krusial ekspor minyak dunia.
Meski insiden terjadi di tengah meningkatnya ketegangan militer antara Iran dan Israel, sejauh ini tidak ditemukan indikasi adanya gangguan eksternal dalam tabrakan tersebut.
Insiden melibatkan dua kapal, yakni Front Eagle milik Frontline Ltd yang berbasis di Oslo dan mengangkut dua juta barel minyak mentah Irak menuju Zhoushan, China, serta Adalynn, kapal kosong milik Global Shipping Holding Ltd asal India yang sedang dalam perjalanan menuju Terusan Suez, Mesir.
Baca Juga: Iran Ancam Tutup Selat Hormuz, Harga Minyak Dunia Terancam Tembus US$130 per Barel
Berdasarkan data pemantauan dari TankerTrackers.com, tabrakan terjadi saat Front Eagle bergerak ke arah selatan dengan kecepatan 13,1 knot dan melakukan manuver ke kanan, menghantam bagian kiri buritan kapal Adalynn yang bergerak lambat ke arah tenggara.
Pemerintah Uni Emirat Arab melaporkan bahwa 24 kru Adalynn telah dievakuasi ke pelabuhan Khor Fakkan.
Sedangkan kru Front Eagle dilaporkan selamat tanpa cedera dan tidak ada tumpahan minyak. Api yang sempat muncul di dek Front Eagle telah berhasil dipadamkan.
Ketegangan Geopolitik dan Gangguan Navigasi
Insiden ini terjadi di tengah meningkatnya aktivitas militer di kawasan, menyusul saling serang rudal antara Iran dan Israel sejak Jumat lalu.
Baca Juga: Konflik Iran-Israel Memanas, Begini Proyeksi Pergerakan Mata Uang Komoditas
Situasi ini menyebabkan peningkatan gangguan elektronik terhadap sistem navigasi kapal, terutama di sekitar pelabuhan Bandar Abbas, Iran.
Meskipun tidak ada bukti langsung keterlibatan pihak luar dalam kecelakaan tersebut, pusat informasi Combined Maritime Force (CMF) mencatat adanya laporan gangguan navigasi elektronik dari kawasan sekitar Selat Hormuz dan Teluk Persia.
Risiko Perdagangan dan Asuransi Stabil Sementara
Selat Hormuz merupakan jalur utama perdagangan energi global dengan volume 17,8 juta hingga 20,8 juta barel per hari yang melintasi jalur ini antara 2022 dan Mei 2025, menurut data Vortexa.
Insiden semacam ini memicu kekhawatiran atas keamanan pelayaran dan potensi gangguan rantai pasok energi dunia.
Baca Juga: Slovakia dan Ceko Evakuasi Warganya dari Israel di Tengah Perang Iran-Israel
Sejumlah tanker telah menunda pelayaran atau menunggu keputusan lanjutan akibat situasi yang tidak pasti.
Meski begitu, biaya asuransi risiko perang untuk pelayaran di Teluk masih stabil, berbeda dengan kenaikan signifikan untuk rute menuju pelabuhan di Israel.
“Untuk saat ini tarif tetap stabil tanpa lonjakan mencolok sejak konflik terbaru antara Israel dan Iran. Namun, ini bisa berubah drastis bila terjadi eskalasi lanjutan,” kata David Smith, Head of Marine McGill and Partners kepada Reuters.