kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,63   -8,92   -0.98%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh! Dengan metode klinis baru, jumlah kasus virus corona di Hubei naik 10 kali lipat


Kamis, 13 Februari 2020 / 08:38 WIB
Duh! Dengan metode klinis baru, jumlah kasus virus corona di Hubei naik 10 kali lipat
ILUSTRASI. Suasana di salah satu supermarket Wuhan. China Daily via REUTERS


Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Jumlah korban tewas di provinsi Hubei tengah China akibat wabah virus corona melonjak 242 pada hari Kamis. Menurut komisi kesehatan provinsi Hubei, ini merupakan rekor harian tertinggi dan menjadikan jumlah total kematian di provinsi tersebut menjadi 1.310 orang.

Melansir Reuters, tingkat kematian baru juga naik lebih dari dua kali lipat dari catatan harian provinsi sebelumnya sebanyak 103 kasus yang dilaporkan pada hari Senin.

Jumlah kasus baru di Hubei, pusat wabah, juga melonjak menjadi 14.840 ketika komisi kesehatan Hubei mengatakan bahwa angka itu sudah termasuk orang yang didiagnosis melalui metode uji klinis baru mulai Kamis.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping menelepon Jokowi, ini yang dibahas

Menurut South China Morning Post, jumlah tersebut naik hampir sepuluh kali lipat dari jumlah yang dilaporkan sehari sebelumnya. Sebagai perbandingan, pejabat Hubei telah melaporkan 94 kematian dan 1.638 kasus baru yang dikonfirmasi sehari sebelumnya.

Otoritas pemerintah kesehatan Hubei juga merevisi data lamanya dan kasus yang didugaan virus corona. Jumlah kematian terbaru termasuk lebih dari 100 kasus yang didiagnosis secara klinis.

Baca Juga: Delapan hari setelah pulang dari Bali, turis China positif virus corona

"Mulai hari ini, kami akan memasukkan jumlah kasus yang didiagnosis secara klinis ke dalam jumlah kasus yang dikonfirmasi sehingga pasien dapat menerima perawatan tepat waktu," kata otoritas kesehatan dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip dari South China Morning Post.

Reuters melaporkan, media pemerintah China pada pekan lalu mengatakan bahwa Hubei akan mulai mengadopsi hasil pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) sebagai konfirmasi infeksi, sehingga memungkinkan rumah sakit untuk mengisolasi pasien lebih cepat.

Baca Juga: Indonesia kritik studi AS soal negatif virus corona, Terawan: Ini penghinaan!

Pada bulan lalu, Reuters juga melaporkan bulan lalu bahwa kurangnya alat uji RNA di ibukota Hubei, Wuhan, mungkin telah menyebabkan banyak pasien sulit untuk melakukan diagnosa dan dirawat dengan benar. Hal ini turut berkontribusi terhadap penyebaran virus pada hari-hari awal wabah.

Komisi kesehatan Hubei menyebut, total kasus di provinsi ini telah mencapai 48.206 kasus. Saat ini, Komisi Kesehatan Nasional belum merilis total nasional kasus baru dan kematian.

Tingginya kasus virus corona di Hubei semakin membuat banyak negara cemas. Hong Kong, salah satunya. Pemerintah Hong Kong diprediksi akan memperpanjang penutupan sementara sekolah setelah 2 Maret. Hong Kong juga akan memperluas pengaturan kerja-dari-rumah bagi pegawai negeri sipil dalam upaya untuk menahan penyebaran virus corona.

Sebuah sumber South China Morning Post mengatakan bahwa Menteri Pendidikan Hong Kong Kevin Yeung Yun-hung akan mengumumkan langkah itu pada Kamis pagi.

Pekan lalu, menteri pendidikan mengatakan bagian dari ujian masuk universitas Hong Kong, bersama dengan ujian Primary Six untuk penempatan sekolah menengah, dapat dimundurkan sebanyak satu bulan atau dibatalkan seluruhnya karena penyebaran virus, yang sekarang secara resmi dikenal sebagai Covid-19.

Sementara itu, Korea Utara (Korut) saat ini harus berjibaku dengan sistem perawatan kesehatan yang sudah kuno dalam memerangi virus corona. Menurut salah satu pekerja sosial di Korut, pihaknya meragukan data pemerintah Korut karena belum adanya laporan tentang infeksi yang dikonfirmasi di wilayah perbatasan.

Data South China Morning Post melaporkan, Korut, yang memiliki perbatasan darat 1.500 km dengan China, belum melaporkan kasus virus tersebut. Padahal, virus yang memiliki nama resmi Covid-19 telah menyebar ke setidaknya 26 negara sejak pertama kali muncul di kota Wuhan, China pada akhir tahun lalu.

Kee Park, seorang dosen di Harvard Medical School yang telah melakukan lebih dari selusin perjalanan kemanusiaan ke Korea Utara, mengatakan negara miskin itu harus berjuang untuk mengelola wabah karena sistem perawatan kesehatan kuno yang sangat minim. Kondisi itu diperburuk oleh sanksi internasional yang menargetkan program senjata nuklirnya. 

"Mungkin mereka dapat mengatur untuk mendeteksi dan merawat sejumlah kecil. Akan tetapi wabah kemungkinan dapat dengan mudah membebani sistem kesehatan," kata Park. "Persediaan medis kritis sulit untuk diimpor dan peralatan vital tidak dapat diperbaiki karena kesulitan dalam pengadaan suku cadang."




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×