Sumber: Yonhap,Yonhap | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Militer Korea Selatan gagal untuk secara akurat menentukan seberapa jauh Korea Utara menerbangkan rudal balistik bulan lalu.
Kepala Staf Gabungan (JCS) mengatakan pada Kamis (29/4), kegagalan itu akibat "titik buta" yang dimiliki radar Korea Selatan karena kebulatan Bumi.
Menteri Pertahanan Korea Selatan Suh Wook mengatakan pada Rabu (28/4), rudal balistik yang Korea Utara tembakkan pada 25 Maret lalu terbang sekitar 600 kilometer setelah melakukan manuver pull-up.
Sementara JCS menyebutkan pada hari Korea Utara melakukan peluncuran, rudal balistik tersebut hanya terbang sejauh sekitar 450 kilometer.
Baca Juga: Bakal memanas, pembelot Utara di Korea Selatan kembali terbangkan selebaran anti-Kim
Revisi tersebut memicu kekhawatiran atas kemampuan deteksi rudal militer Korea Selatan pada saat Korea Utara bekerja untuk meningkatkan kemampuan rudalnya.
"Ketika aset kami melacak proyektil semacam itu, mungkin ada area titik buta," kata juru bicara JCS Kolonel Kim Jun-rak, seperti dikutip Yonhap.
Dia menambahkan, otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat melakukan analisis mendalam dan membuat perkiraan baru atas rudal balistik Korea Utara itu.
Sulit untuk dideteksi
Penyebab daerah abu-abu seperti itu adalah lengkungan Bumi, Kim menjelaskan. Dan, Korea Utara menembakkan rudal ke arah Laut Timur, bukan Selatan.
Baca Juga: Korea Utara dikabarkan sedang siapkan serangan siber ke aliansi AS-Korea Selatan
Kemudian, manuver pull-up serta pola penerbangan yang rumit dan rata membuat rudal balistik Korea Utara tersebut lebih sulit untuk dideteksi.
"Jika (rudal) terbang ke arah kami, kami bisa mendeteksi semuanya. Kami memiliki kemampuan penuh dan postur kesiapan," kata Kim.
Tapi, "Kami akan terus meningkatkan kemampuan kami dengan mengintegrasikan dan mengoperasikan aset kami secara lebih efektif," imbuh dia.
Ditanya tentang hulu ledak rudal tersebut, Kim bilang, analisis tambahan diperlukan untuk memverifikasi klaim Korea Utara.
Pyongyang mengatakan, "proyektil taktis tipe baru yang baru mereka kembangkan" memiliki hulu ledak 2,5 ton.
Menurut para ahli, proyektil tersebut tampaknya merupakan versi yang ditingkatkan dari rudal KN-23 milik Korea Utara, yang meniru model rudal balistik Iskander milik Rusia.