Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - MANAGUA. Presiden Nikaragua Daniel Ortega menjadi salah satu pemimpin dunia pertama yang menyatakan dukungan kepada Rusia pasca pengakuan atas wilayah Luhansk dan Donetsk. Menurut Ortega, langkah yang Rusia ambil merupakan bentuk pembelaan diri.
Ortega juga mengatakan, minat Ukraina untuk bergabung dengan NATO bisa menjadi ancaman untuk Rusia.
Presiden yang telah menjabat sejak tahun 2007 ini percaya, masyarakat yang tinggal di Luhansk dan Donetsk akan memilih bergabung dengan Rusia jika nantinya diadakan referendum.
"Saya yakin jika mereka melakukan referendum seperti yang dilakukan di Krimea, orang akan memilih untuk menggabungkan wilayahnya itu ke Rusia," kata Ortega dalam pidatonya di Managua, Senin (21/2), seperti dikutip Reuters.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin secara resmi mengakui dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina tersebut sebagai negara merdeka. Keduanya diakui sebagai Republik Rakyat Luhansk dan Republik Rakyat Donetsk.
Baca Juga: Berdirinya Luhansk dan Donetsk Membuat Militer Rusia Lebih Leluasa di Ukraina Timur
Setelah ini, Rusia akan memiliki ruang yang lebih luas untuk bergerak di wilayah Timur Ukraina, termasuk untuk membangun pangkalan militer.
Sejak pertama kali memimpin Nikaragua pada periode 1979-1990, Ortega telah menjadi tokoh penentang pengaruh AS di Amerika Tengah. Bagi Ortega, bergabungnya Ukraina dengan NATO, dengan AS di dalamnya, akan memberikan ancaman terhadap Rusia.
"Jika Ukraina masuk ke NATO, mereka akan mengatakan kepada Rusia mari kita berperang, dan itu menjelaskan mengapa Rusia bertindak seperti ini. Rusia hanya membela diri," lanjut Ortega.
Nikaragua, seperti negara Amerika Latin lainnya, memang secara umum lebih condong ke Rusia secara ideologi.
Pekan lalu, Wakil Perdana Menteri Rusia Yuri Borisov berkunjung ke Nikaragua, Venezuela, dan Kuba dengan misi untuk memperdalam hubungan bilateral dengan ketiga negara tersebut.