kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.590.000   29.000   1,13%
  • USD/IDR 16.782   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.535   -49,33   -0,57%
  • KOMPAS100 1.180   -5,40   -0,46%
  • LQ45 846   -2,92   -0,34%
  • ISSI 304   -2,66   -0,87%
  • IDX30 436   -0,25   -0,06%
  • IDXHIDIV20 512   1,27   0,25%
  • IDX80 132   -0,75   -0,57%
  • IDXV30 138   -0,08   -0,06%
  • IDXQ30 140   0,38   0,27%

Efek Dolar Loyo: Baht dan Ringgit Melonjak, Bank-Bank Singapura Pesta Rekor


Rabu, 24 Desember 2025 / 07:19 WIB
 Efek Dolar Loyo: Baht dan Ringgit Melonjak, Bank-Bank Singapura Pesta Rekor
ILUSTRASI. Nilai tukar ringgit Malaysia dan baht Thailand melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pada Selasa (23/12/2025). REUTERS/Thomas White


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Nilai tukar ringgit Malaysia dan baht Thailand melonjak ke level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pada Selasa (23/12/2025), didorong oleh melemahnya dolar Amerika Serikat. Penguatan ini memimpin reli mata uang Asia. Sementara itu, bursa Singapura mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa, ditopang oleh sektor keuangan.

Melansir Reuters, baht Thailand sempat menembus level 31,100 per dolar AS, bahkan menyentuh 31,055 per dolar, yang merupakan posisi terkuat sejak awal Juni 2021.

Lonjakan harga emas global menjadi salah satu pendorong utama penguatan baht. Namun, kondisi ini justru dinilai kurang menguntungkan bagi perekonomian Thailand, karena mata uang yang terlalu kuat bisa menekan kinerja ekspor dan pendapatan sektor pariwisata.

Sepanjang tahun ini, baht telah menguat lebih dari 10%, menjadikannya mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia.

“Tahun ini terlihat korelasi yang cukup tinggi antara baht Thailand dan harga emas, di mana pergerakannya searah dan dengan skala yang relatif sama,” ujar Ratasak Piriyanont, Senior Vice President Investment Strategy Kasikorn Securities, Bangkok.

Harga emas sendiri melonjak sekitar 70% sepanjang tahun ini dan mencetak banyak rekor tertinggi baru, didorong oleh pelemahan dolar AS serta penurunan suku bunga Amerika Serikat.

Baca Juga: IMF: El Salvador Sedang Negosiasi Jual Dompet Bitcoin Negara Chivo

Sementara itu, ringgit Malaysia, yang menjadi mata uang Asia dengan kinerja terbaik kedua tahun ini setelah baht, juga menguat hampir 10% dan menyentuh level tertingginya sejak awal Maret 2021.

Analis MUFG dalam catatan risetnya awal bulan ini memperkirakan ringgit masih berpotensi melanjutkan tren penguatan hingga 2026, ditopang oleh reformasi fiskal serta kuatnya permintaan domestik.

Di kawasan lain, dolar Singapura naik tipis 0,1% ke level tertinggi sejak 2 Oktober, sementara peso Filipina dan rupiah Indonesia bergerak relatif stabil.

Inflasi Singapura pada November tercatat lebih rendah dari perkiraan, dengan indeks harga konsumen utama naik 1,2% secara tahunan.

Di pasar saham, pergerakan cenderung bervariasi karena investor masih menahan diri menjelang libur akhir tahun. Meski begitu, indeks saham Singapura mencetak rekor baru di level 4.625,48, untuk ketiga kalinya sepanjang bulan ini.

Baca Juga: Token World Liberty Financial Milik Keluarga Trump Turun Lebih dari 40% di Akhir 2025

Saham perbankan menjadi motor utama kenaikan, dengan DBS Group dan OCBC menembus rekor tertinggi sepanjang sejarahnya.

Sepanjang tahun berjalan, indeks FTSE Straits Times telah melonjak 22%, dan berpeluang mencatatkan kenaikan tahunan dua tahun berturut-turut. Kinerja ini ditopang oleh bank-bank besar serta perusahaan pertahanan ST Engineering, yang sahamnya meroket hampir 80%.

Di kawasan Asia lainnya, indeks saham berbasis teknologi di Korea Selatan dan Taiwan masing-masing naik sekitar 0,3%, sementara saham Thailand menguat 0,5%.

Dengan suasana libur yang mulai terasa di pasar, investor kini menantikan rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat. Menjelang data tersebut, indeks dolar melemah dan tercatat turun sekitar 9,5% sepanjang tahun, yang berpotensi menjadi penurunan tahunan terdalam sejak 2017.

Tonton: 8 Titik Perayaan Tahun Baru di Jakarta, Monas Ditiadakan

Kesimpulan

Penguatan signifikan baht Thailand dan ringgit Malaysia mencerminkan dampak besar pelemahan dolar AS serta lonjakan harga emas global. Namun, di balik kinerja impresif mata uang dan pasar saham, terdapat risiko ekonomi, terutama bagi negara yang bergantung pada ekspor dan pariwisata. Sementara itu, Singapura justru memetik manfaat dengan reli pasar saham yang solid, menegaskan daya tahan sektor keuangannya di tengah ketidakpastian global.

Selanjutnya: Industri Mebel Optimistis Menjalani 2026

Menarik Dibaca: Jelang Libur Natal, Yuk, Lihat Rekomendasi Saham Hari Ini (24/12)




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×