kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonomi China melambat permanen, ini peringatan ANZ untuk Asia


Senin, 16 Desember 2019 / 20:23 WIB
Ekonomi China melambat permanen, ini peringatan ANZ untuk Asia
ILUSTRASI. Uang kertas yuan. REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Sumber: CNBC,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Kepala ekonom dan kepala penelitian di bank Australia ANZ, Richard Yetsenga, memperingatkan, negara-negara Asia perlu fokus pada upaya untuk menopang ekonomi domestik mereka karena perlambatan China sepertinya akan permanen.

"Untuk kawasan regional, hal ini tentang memiliki model bisnis yang cocok dengan dunia di mana China tumbuh jauh lebih cepat, dan di mana perdagangan jauh lebih mudah daripada dukungan pertumbuhan. Itu berarti meningkatkan permintaan domestik, dan itu artinya memperbaiki sistem keuangan domestik," kata Yetsenga kepada CNBC pada Kamis (12/12) lalu.

Baca Juga: BUMN China akuisisi 49% saham perusahaan transmisi listrik milik pemerintah Oman

Dia menguraikan, sepuluh tahun yang lalu, China memulai penyesuaian struktural ketika ekonominya tumbuh 12%. Kendati demikian, Yetsenga mencatat, China tidak pernah mengulang ke tingkat pertumbuhan itu.

"Saya pikir kita semua harus menerima bahwa ekonomi China melambat secara struktural - kita menggunakan kata 'struktural' dan sungguh, maksud kami 'secara permanen,'" katanya.

"Prediksi saya adalah, kami mengucapkan selamat tinggal kepada (pertumbuhan 6%), sangat tidak mungkin mereka akan kembali ke (pertumbuhan 6%). Saya pikir ini perlambatan di China adalah permanen," kata Yetsenga.

Baca Juga: PMI Jepang terus menurun menyusul lesunya produktivitas industri

Melansir data Reuters, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu hanya tumbuh sebesar 6% pada kuartal ketiga 2019 dari tahun sebelumnya. Ini merupakan pertumbuhan ekonomi paling lambat dalam 27 tahun terakhir. 

Transmisi moneter di Asia

Terkait hal tersebut, Yetsenga memperingatkan, bisnis di negara-negara Asia lainnya perlu beradaptasi dengan lingkungan di mana China tumbuh lebih cepat dan perdagangan lebih sulit.

"Jika perdagangan membaik tahun depan, itu kabar baik bagi ekonomi Asia," tambahnya.

Masalahnya adalah bahwa sistem keuangan di beberapa negara belum mampu memberikan pertumbuhan domestik - dan itu "mungkin masalah utama Asia untuk tahun 2020," kata Yetsenga.

Baca Juga: Meski ada kesepakatan fase satu, defisit yang dialami AS masih besar ketimbang China

Dia menambahkan, situasi ini paling lazim ditemui di China, India, Indonesia, dan Filipina.

Menurut Yetsenga, permintaan domestik tetap terhambat karena pelonggaran moneter bank sentral tidak dapat mengalir kembali ke ekonomi dan merangsang pengeluaran.

"Permintaan domestik masih terlihat sangat kacau oleh proses transmisi moneter ini, yang terlihat cukup baik."




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×